Rabu, 08 April 2015

Tafsir Ayat al-Qur'an tentang Malaikat



 AYAT-AYAT TENTANG MALAIKAT


I.          PENDAHULUAN
                 Malaikat sebagai salah satu ciptaan Allah yang mempunyai peran dan tugas penting terhadap manusia menjadi sosok yang di perdebatkan, banyak kalangan ulama atau ahli tafsir yang berbeda pendapat tentang hakikat dan keberadaannya.
                 Pemahaman yang kompleks tentang kepercayaan terhadap malaikat merupakan salah satu pokok ajaran islam. Kepercayaan ini menjadi hal yang di imani secara umum oleh orang muslim, dan menjadi pondasi iman, yaitu rukun iman. Jadi iman kepada malaikat menjadi hal yang vital dalam unsur keimanan seseorang. Namun setelah itu muncul permasalahan berkenaan tentang pemahaman malaikat, apa sebenarnya malaikat, bagaimana tugas mereka, bentuk dan sifat mereka dan dimanakah mereka berada.
                 Dari permasalahan tersebut, maka dalam makalah ini akan berusaha membahas bagaimana memahami sosok malaikat secara komprehensif.
II.       RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian malaikat dan perbedaan pendapat tentang malaikat?
2.      Berapa jumlah malaikat dalam al-Qur’an?
3.      Bagaimana asal penciptaan Malaikat?
4.      Bagaimana tugas, bentuk, dan sifat malaikat dalam al-Qur’an?
III.    PEMBAHASAN
1.      Pengertian Malaikat dan perbedaan pendapat antara ahli tafsir
Menurut bahasa, kata “Malaikat” merupakan kata jamak yang berasal dari bahasa Arab,  malak (ملك) yang terambil dari kata ‘alaka yang berarti mengutus atau perutusan atau risalah. Jadi dapat diartikan bahwa Malaikat adalah utusan-utusan Tuhan untuk berbagai tugas.[1]
Ada yang berpendapat bahwa kata malak terambil dari kata la’aka yang berarti menyampaikan sesuatu. Jadi malaikat adalah mahluk yang menyampaikan sesuatu dari Allah swt.[2]
Perbedaan pendapat mengenai pemahaman terhadap malaikat, banyak ulama yang berpendapat bahwa malaikat dari segi pengertian dalam bahasa agama adalah mahluk halus yang diciptakan Allah dari cahaya yang dapat berbentuk dengan aneka wujud dan taat mematuhi perintah Allah.
Menurut M. Abduh bahwa malaikat adalah mahluk Allah yang tidak diketahui hakikatnya, namun harus dipercaya wujudnya.[3] Menurutnya malaikat dilukiskan dalam al-Qur’an antara lain sebagai fa al mudabbirati amran yakni yang mengatur segala urusan.
Sedangkan menurut Sayid Sabiq bahwa malaikat adalah kelompok tertinggi, yakni suatu alam yang halus termasuk hal-hal ghaib, tidak dapat dicapai oleh panca indera, malaikat tidak seperti manusia yang suka makan, minum, tidur, tidak berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan.[4]
2.      Jumlah Malaikat dalam Al-Qur’an
a.      Seribu malaikat dalam Q.S. Al Anfaal : 9
øŒÎ) tbqèWÉótGó¡n@ öNä3­/u z>$yftFó$$sù öNà6s9 ÎoTr& Nä.ÏJãB 7#ø9r'Î/ z`ÏiB Ïps3Í´¯»n=yJø9$# šúüÏùÏŠóßD ÇÒÈ  
“Iingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: "Sesungguhnya aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu Malaikat yang datang berturut-turut".
           Pemahaman tafsir ayat tersebut adalah bahwa Allah swt mengingatkan kaum muslimin akan pertolongan-Nya yang diberikan kepada mereka pada saat mereka menghadapi kesulitan dan berusaha untuk mengatasi kesulitan-kesulitan itu dengan jalan berdoa kepada Allah swt. karena usaha mereka untuk mengatasi kesulitan dengan usaha lahir tidak memungkinkan.
Menurut kenyataan kekuatan bala tentara Islam pada waktu itu adalah terdiri dari 300 orang lebih, sedang tentara musyrikin melebihi 3.000 orang, apalagi kalau ditinjau dan segi alat persenjataan. Mereka membawa alat-alat perang yang lebih lengkap daripada perlengkapan kaum muslimin. Maka Allah swt. mengabulkan doa kaum muslimin dengan jalan mendatangkan bala bantuan malaikat yang datang berturut-turut sejumlah seribu malaikat. 
b.      Q.S. Ali Imran: 124
øŒÎ) ãAqà)s? šúüÏYÏB÷sßJù=Ï9 `s9r& öNä3uŠÏÿõ3tƒ br& öNä.£ÏJムNä3š/u ÏpsW»n=sWÎ/ 7#»s9#uä z`ÏiB Ïps3Í´¯»n=yJø9$# tûüÏ9u\ãB ÇÊËÍÈ  
“(Ingatlah), ketika kamu mengatakan kepada orang mukmin: "Apakah tidak cukup bagi kamu Allah membantu kamu dengan tiga ribu Malaikat yang diturunkan (dari langit)?"
c.       Q.S. Ali Imran: 125
#n?t/ 4 bÎ) (#rçŽÉ9óÁs? (#qà)­Gs?ur Nä.qè?ù'tƒur `ÏiB öNÏdÍöqsù #x»yd öNä.÷ŠÏôJムNä3š/u Ïp|¡ôJsƒ¿2 7#»s9#uä z`ÏiB Ï
ps3Í´¯»n=yJø9$# tûüÏBÈhq|¡ãB ÇÊËÎÈ  
“Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bersiap-siaga, dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda”
Mengenai bantuan Allah, yaitu malaikat yang jumlahnya berbeda-beda seperti disebutkan dalam ayat-ayat tersebut, para mufassir berbeda pendapat:
Bagi mereka yang berpendapat bahwa ayat-ayat tersebut mengenai kisah perang Badar, maka hendaklah dipahami, bahwa pada pertama kalinya Allah swt. membantu kaum Muslimin dengan seribu malaikat. Sesudah itu bantuan tersebut dilengkapi dengan tiga ribu malaikat. Dan seterusnya bantuan itu disempurnakan menjadi lima ribu malaikat.
Tetapi bagi mereka yang memahami bahwa kedua ayat ini adalah kisah perang Uhud,[5] maka jumlah 3.000 itu akan diberikan kepada kaum Muslimin, bahkan kalau mereka bersabar akan diberi bantuan lima ribu malaikat lagi. Tetapi hal ini adalah merupakan janji, tetapi karena mereka tidak patuh, maka janji itu tidak dilaksanakan oleh Allah swt.
3.      Penciptaan Malaikat
Allah menciptakan malaikat dari nur (cahaya), sebagaimana Dia menciptakan Nabi Adam dari tanah liat, juga sebagaimana menciptakan jin dari api.
Informasi tentang asal-usul malaikat ditemukan dalam hadis Imam Muslim, Ahmad Tirmidzi, dan Ibnu Majah melalui Aisyah ra, Aisyah menyatakan bahwa Rasulullah bersabda:
“Malaikat itu di ciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari api dan Adam diciptakan dari apa yang telah diterangkan kepadamu semua”. (HR. Muslim)
Dalam QS. Al Baqarah: 30[6] menjelaskan bahwa Allah Swt telah menciptakan malaikat lebih dahulu dari pada manusia, dan pada penciptaan manusia telah terjadi dialog antara Allah dengan Malaikat, yang tersurat dalam ayat tersebut.
øŒÎ)ur tA$s% š/u Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 ÎoTÎ) ×@Ïã%y` Îû ÇÚöF{$# ZpxÿÎ=yz ( (#þqä9$s% ã@yèøgrBr& $pkŽÏù `tB ßÅ¡øÿム$pkŽÏù à7Ïÿó¡our uä!$tBÏe$!$#
 ß`øtwUur ßxÎm7|¡çR x8ÏôJpt¿2 â¨Ïds)çRur y7s9 ( tA$s% þÎoTÎ) ãNn=ôãr& $tB Ÿw tbqßJn=÷ès? ÇÌÉÈ  
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Malaikat memiliki kesadaran spiritual tinggi sehingga mereka sadar betul bahwa mereka adalah hamba dan ciptaan Allah yang Mahaesa. Kesadaran diri sebagai makhluk inilah yang membuat malaikat senantiasa berbakti kepada allah dalam penyembahan dan ketaatan. Mereka besaksi bahwasanya tidak ada tuhan selain allah yang berhak untuk disembah.
Kalangan ulama banyak yang berpendapat bahwa malaikat itu diciptakan Allah dalam jumlah yang telah disesuaikan dengan kebutuhan sesuai dalam rencana agung Allah. Artinya, jumlah malaikat tidak mengalami penambahan atau pengurangan dari awal penciptaanya hingga kiamat nanti.
Malaikat tidak dilengkapi oleh Allah dengan syahwat dan kemampuan untuk melakukan proses reproduksi, sehingga tidak beranak-pinak. Sehingga jumlah mereka tidak pernah berkurang. Mereka hanya akan dibinasakan oleh Allah pada saat kiamat tiba
4.      Tugas, bentuk, dan sifat malaikat dalam al-Qur’an
a.      Tugas Malaikat
1. Jibril bertugas menyampaikan wahyu kepada para rasul-Nya
Allah ta’ala berfirman dalam QS. Al-Baqarah: 97

قُلْ مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِجِبْرِيلَ فَإِنَّهُ نَزَّلَهُ عَلَى قَلْبِكَ بِإِذْنِ اللَّهِ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَهُدًى وَبُشْرَى لِلْمُؤْمِنِي
“Katakanlah: barangsiapa yang menjadi musuh Jibril, maka sesungguhnya Jibril lah yang menurunkan wahyu ke dalam hatimu dengan izin Allah yang membenarkan kitab-kitab sebelumnya, sebagai petunjuk dan kabar gembira bagi orang-orang yang beriman”
2. Mika’il bertugas menurunkan rezeki di muka bumi
Allah ta’ala berfirman dalam QS. Al-Baqarah: 98:

مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِلَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَرُسُلِهِ وَجِبْرِيلَ وَمِيكَالَ فَإِنَّ اللَّهَ عَدُوٌّ لِلْكَافِرِينَ
“Barangsiapa yang menjadi musuh Allah, para malaikat-Nya, para rasul-Nya, Jibril dan Miikaal, maka sesungguhnya Allah mejadi musuh bagi orang-orang yang kafir”
3. Israafiil bertugas meniupkan sangkakala sebagai tanda hari kiamat telah tiba
Allah ta’ala berfirman dalam QS. Al-Kahfi: 99

وَتَرَكْنَا بَعْضَهُمْ يَوْمَئِذٍ يَمُوجُ فِي بَعْضٍ وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَجَمَعْنَاهُمْ جَمْعًا
“Kami biarkan sebagaian mereka pada hari itu terombang-ambing bersama sebagian yang lain. Kemudian ditiuplah ash-shuur atau sangkakala, lalu Kami kumpulkan mereka seluruhnya”
4. Izra’il bertugas mencabut nyawa
Allah ta’ala berfirman dalam QS. As-Sajdah: 11

قُلْ يَتَوَفَّاكُمْ مَلَكُ الْمَوْتِ الَّذِي وُكِّلَ بِكُمْ ثُمَّ إِلَى رَبِّكُمْ تُرْجَعُونَ
“Katakanlah: Malakul Maut lah yang diberikan tugas untuk mewafatkan kalian, kemudian hanya pada rabb kalian lah kalian akan dikembalikan”
5. Ridhwaan bertugas menjaga pintu surga
Allah ta’ala berfirman dalam QS. Az-Zumar: 73
t,Åur šúïÏ%©!$# (#öqs)¨?$# öNåk®5u n<Î) Ïp¨Zyfø9$# #·tBã ( #Ó¨Lym #sŒÎ) $ydrâä!%y` ôMysÏGèùur $ygç/ºuqö/r& tA$s%ur óOçlm; $pkçJtRtyz
 íN»n=y öNà6øn=tæ óOçFö7ÏÛ $ydqè=äz÷Š$$sù tûïÏ$Î#»yz ÇÐÌÈ  
“Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan dibawa ke dalam syurga berombong-rombongan (pula). sehingga apabila mereka sampai ke syurga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: "Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu. Berbahagialah kamu! Maka masukilah syurga ini, sedang kamu kekal di dalamnya".
6. Maalik bertugas menjaga neraka
Allah ta’ala berfirman dalam QS. Az-Zukhruf: 77

وَنَادَوْا يَا مَالِكُ لِيَقْضِ عَلَيْنَا رَبُّكَ قَالَ إِنَّكُمْ مَاكِثُونَ
“Mereka (penduduk neraka) memanggil: “Wahai Malik, biarkanlah Rabb-mu mematikan kami’. Malik menjawab: “kalian akan tetap tinggal (di neraka)”
7. Az-Zabaaniyah bertugas memberikan azab dan siksaan pada para penduduk neraka.

سَنَدْعُ الزَّبَانِيَةَ
“Kelak Kami akan memanggil Az-Zabaaniyah” [Al-‘Alaq: 18]
Az-Zabaaniyah berjumlah 19 malaikat. Allah ta’ala berfirman:

Ž|³t6ù=Ïj9× pym#§qs9  ÇËÒÈ   $pköŽn=tæ spyèó¡Î@ uŽ|³tã ÇÌÉÈ  
“ (neraka Saqar) adalah pembakar kulit manusia. dan di atasnya ada sembilan belas (Malaikat penjaga).”

8. Hamalatul Arsy bertugas memikul Al-Arsy

الَّذِينَ يَحْمِلُونَ الْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيُؤْمِنُونَ بِهِ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَحْمَةً وَعِلْمًا فَاغْفِرْ لِلَّذِينَ تَابُوا وَاتَّبَعُوا سَبِيلَكَ وَقِهِمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ
“(Para malaikat) yang memikul Al-Arsy dan malaikat-malaikat yang berada di sekelilingnya, mereka senantiasa bertasbih memuji rabb-Nya dan beriman kepada-Nya dan memintakan ampunan bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): “wahai Rabb kami, rahmat dan ilmu-Mu meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan pada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan-Mu. Hindarkanlah mereka dari azab neraka Jahim” [QS. Al- Ghafir: 7]
            Hamalatul Arsy berjumlah 4 malaikat dan setelah datang hari kiamat Allah tambahkan jumlah mereka menjadi delapan malaikat.

فَيَوْمَئِذٍ وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُ – وَانْشَقَّتِ السَّمَاءُ فَهِيَ يَوْمَئِذٍ وَاهِيَةٌ – وَالْمَلَكُ عَلَى أَرْجَائِهَا وَيَحْمِلُ عَرْشَ رَبِّكَ فَوْقَهُمْ يَوْمَئِذٍ ثَمَانِيَةٌ
“Pada hari itu terjadilah hari kiamat. Maka terbelah lah langit, karena langit pada hari itu menjadi lemah. Para malaikat berada di berbagai penjuru langit. Pada hari itu, delapan malaikat memikul Arsy rabb-Mu di atas mereka” [Al-Haaqqah: 15-17]
9. Al-Kiraam Al-Kaatibin bertugas  mencatat amal seorang hamba.

كِرَامًا كَاتِبِينَ – يَعْلَمُونَ مَا تَفْعَلُونَ
“(Para malaikat) mulia yang mencatat (amal). Mereka mengetahui apa yang kalian kerjakan.” [Al-Infithaar: 11-12]
Malaikat pencatat amal baik berada di sebelah kanan hamba, sedangkan malaikat pencatat amal buruk berada di sebelah kiri hamba. Allah ta’ala berfirman:

إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ – مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
“Tatkala dua orang Malaikat mencatat amal perbuatannya, yang satu duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu perkataan pun yang ia ucapkan melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir.” [Qaaf: 17-18]
10. Al-Munkar dan An-Nakiir bertugas memberikan pertanyaan ujian  kepada para ahli kubur.
b.      Bentuk Malaikat dalam al-Qur’an
1.      Mempunyai Sayap
ßôJptø:$# ¬! ̍ÏÛ$sù ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur È@Ïã%y` Ïps3Í´¯»n=yJø9$# ¸xßâ þÍ<'ré& 7pysÏZô_r& 4oY÷V¨B y]»n=èOur yì»t/âur 4 ߃Ìtƒ
 Îû È,ù=sƒø:$# $tB âä!$t±o 4 ¨bÎ) ©!$# 4n?tã Èe@ä. &äóÓx« ֍ƒÏs% ÇÊÈ  
“Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, yang menjadikan Malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
            Pada ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa Dia telah menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dengan ciptaan yang amat indah dan ajaib, ciptaan yang belum ada sebelumnya, dan telah diaturnya dengan tata tertib yang lengkap dan sempurna, Tuhan yang telah menugaskan malaikat menyampaikan wahyu pada para Nabi-nabi-Nya, untuk menyampaikan kepada mereka berbagai macam urusan. Malaikat itu adalah sejenis makhluk yang mempunyai sayap dua-dua, tiga-tiga atau empat-empat, yang akan membantu di dalam melaksanakan perintah-perintah Allah.
            Oleh karena para malaikat mengurus berbagai urusan dengan izin Allah, Dia menyebutkan kekuatan dan kecepatan mereka dalam perjalanan, di mana Allah menjadikan mereka memiliki sayap sehingga mereka bisa terbang dengan cepat untuk melaksanakan perintah-Nya. Di antara mereka ada yang memiliki dua sayap, tiga atau empat sesuai hikmah-Nya, bahkan ada yang lebih dari itu seperti 600 sayap sebagaimana malaikat Jibril ‘alaihis salam.[7]
Dalam hadis dari Ibnu Mas’ud menceritakan bahwasannya Nabi melihat malaikat Jibril memiliki 600 sayap. (HR.Muslim)
2.      Diciptakan dalam bentuk yang berbeda dan bertingkat
Malaikat diciptakan Allah dalam berbagai bentuk yang berbeda antara satu dengan yang lain. Demikian juga dengan kedudukan dan fungsinya. Hal ini bersandar ayat, “Tiada seorang pun di antara kami (malaikat) melainkan mempunyai kedudukan yang tertentu. Dan sesungguhnya kami benar-benar bershaf-shaf (dalam menunaikan perintah Allah). Dan sesungguhnya kami benar-benar bertasbih (kepada Allah)” (QS. Shaaffaat 164-166).
Ayat-ayat di atas menunjukkan beberapa hal kepada manusia tentang adanya kedudukan-kedudukan tertentu para malaikat di sisi Allah, semacam hirarki kedudukan berdasarkan kedekatannya dengan Allah dan tugas-tugas yang mereka emban. Kemudian mereka bershaf-shaf dalam menunaikan perintah Allah. Beberapa ulama berpendapat bahwa makna bershaf-shaf menunjukkan adanya tingkatan-tingkatan peran dan kecepatannya dalam menunaikan tugas-tugas yang diberikan Allah kepada mereka.


c.       Sifat Malaikat
1.      Selalu bertasbih pada Allah
tbqßsÎm7|¡ç Ÿ@ø©9$# u$pk¨]9$#ur Ÿw tbrçŽäIøÿtƒ ÇËÉÈ  
“Mereka (para malaikat) selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.”
Dari ayat tersebut, Thabathaba’i menjelaskan bahwa malaikat tidak mengenal siang dan malam, dan dia menafsirkan bahwa malalaikat tidak angkuh atau enggan beribadah.[8] Bahwa malaikat selalu bertasbih, dan selalu sujud dan patuh kepada Allah.



2.      Malaikat tidak  makan & minum
Malaikat tidak membutuhkan makanan dan minuman[9] sebagaimana manusia. Mereka hidup di alam ruh yang mana daya hidupnya tidak bersumber pada energi-energi hidup. Namun sebagai hamba Allah, mereka mendapat anugerah dan rezeki dari sisi Allah.
Sifat malaikat yang tidak makan dan tidak minum dalam pandangan ajaran islam adalah bersifat konstan dalam situasi apapun. Artinya, meskipun malaikat dalam keadaan sedang menyamar sebagai manusia, sifat dasar mereka yang tidak membutuhkan makanan tetap berlaku.
Dalam QS. Adz Dzariyat 24-28 mengisahkan bahwa sangat jelas  malaikat yang hadir di rumah Ibrahim tidak sedikit pun menyentuh hidangan itu. Karena malaikat memang makhluk ruhani yang tidak membutuhkan makanan.
3.      Diciptakan tidak berjenis kelamin
Jika manusia diciptakan dalam bentuk berjenis kelamin, maka dalam hal penciptaan malaikat tidak ada dalil yang menyatakan demikian.
Allah berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang tiada beriman kepada kehidupan akhirat, mereka benar-benar menamakan malaikat dengan nama perempuan. Dan mereka tidak mempunyai sesuatu pengetahuan pun tentang itu. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan sedang sesungguhnya persangkaan itu tiada berfaedah sedikit pun terhadap kebenaran” (QS. An-Najm 27-28).
Meski tidak berjenis kelamin, namun dalam beberapa tugas untuk bertatap muka secara langsung dengan manusia, baik manusia dari jenis kelamin laki-laki maupun dari jenis perempuan, para malaikat ditampilkan dengan menyamar sebagai seorang pria muda, gagah dan menarik.
IV.             KESIMPULAN
Jadi secara singkat malaikat adalah utusan Allah yang diciptakan dari cahaya, dengan jumlah yang tidak bisa diketahui secara pasti oleh manusia, yang mengetahui pasti hanyalah Allah swt. Dalam al-Qur’an telah menyebutkan tugas, bentuk, dan sifat malaikat yang perlu di imani.


[1] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 2010), cet. III. Volume. 1, Hlm. 173
[2] Ibid.
[3] M. Quraish Shihab, Yang tersembunyi (Jin, Iblis, Setan, dan Malaikat dalam al-Qur’an dan Ash-Sunnah serta pemikiran ulama masa lalu dan masa kini), (Jakarta: Lentera Hati, 2006), cet. I, hlm. 321
[4] Sayid Sabiq, Aqidah Islam atau Ilmu Tauhid, (Bandung: CV. Diponegoro, 1983), cet. III, hlm. 174
[5] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 2010), cet. III. Volume. 1, Hlm. 245
[6] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 2010), cet. III. Volume. 1, Hlm. 171
[7] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 2010), cet. III. Volume. 11, Hlm. 606
[8] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 2010), cet. III. Volume. 12, Hlm. 64
[9]M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 2010), cet. III. Volume. 13, hlm. 83

0 komentar:

Posting Komentar

Menurutmu Bagaimana Blog Ini?

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.