BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Filsafat adalah
ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam
manusia, dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana
hakikatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia setelah mencapai pengetahuan.
Perkembangan
pesat yang terjadi dalam pengetahuan ternyata melahirkan sebuah polemik baru,[1] karena
kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa kita sebut sebagai
netralitas pengetahuan (value free)[2].
Sebaliknya ada
jenis pengetahuan yang didasarkan pada netralitas ilmu terhadap nilai. Dari pemikiran tersebut, harus dikaji mana yang lebih relevan antara
netralitas pengetahuan dan pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai?
Bagian dari
filsafat pengetahuan membicarakan tentang ontologis, epistomologis dan
aksiologi, Pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu. Artinya
pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai
budaya dan moral suatu masyarakat, sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat
dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa
pengertian aksiologi?
2.
Bagaimana Penilaian dalam Aksiologi?
3.
Bagaimana hubungan Aksiologi
dengan filsafat ilmu?
4.
Bagaimana kegunaan Aksiologi terhadap tujuan Ilmu Pengetahuan?
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Aksiologi
Aksiologi
berasal dari kata axios yang berarti nilai atau sesuatu yang berharga,
dan logos yang berarti akal, teori.
Axiology adalah ilmu yang mempelajari tentang nilai yang
menyelidiki engenai kodrat, kriteria, dan status metafisik dari nilai.[3]
Aksiologi
ilmu (nilai) adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat nilai, yang
umumnya ditinjau dari sudut pandang filsafat
(Kattsoff: 1992). Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki
manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai.
Aksiologi meliputi nilai-nilai, parameter bagi apa yang disebut sebagai
kebenaran atau kenyataan, sebagaimana
kehidupan kita yang multibidang, seperti bidang sosial, bidang fisik
materiil, dan kawasan simbolik yang masing-masing menunjukan aspeknya
sendiri-sendiri. Lebih dari itu, aksiologi juga menunjukan kaidah-kaidah apa
yang harus kita perhatikan di dalam menerapkan ilmu kedalam praksis.
Menurut
Bramel, aksiologi
terbagi tiga bagian, yaitu : Moral Conduct, yaitu tindakan moral,
bidang ini melahirkan disiplin khusus, yaitu etika, Estetic Expression,
yaitu ekspresi keindahan, bidang ini
melahirkan nilai keindahan, Sosio-political
life, yaitu
kehidupan sosial politik, yang akan melahirkan filsafat sosial politik.
Dari
definisi-definisi aksiologi di atas, terlihat dengan jelas bahwa permasalahan
utama adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki
manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori
tentang nilai yang dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika.
Etika menilai perbuatan manusia, maka lebih tepat kalau dikatakan
bahwa objek formal etika adalah norma-norma moral manusia[4],
dan dapat dikatakan pula bahwa etika mempelajari tingkah laku manusia ditinjau
dari segi baik dan buruk di dalam suatu kondisi yang normative, yaitu suatu
kondisi yang melibatkan norma-norma. Sedangkan estetika berkaitan
dengan nilai tentang pengalaman keindahan yang dimiliki oleh manusia terhadap
lingkungan dan fenomena di sekelilingnya.
Problem utama aksiologi menurut Runes berkaitan dengan
empat factor yaitu, pertama, kodrat nilai apakah nilai itu
berasal dari keinginan, kesenangan, dan
kepentingan[5].
Kedua, jenis-jenis nilai menyangkut perbedaan pandangan antara nilai
intrinsic, ukuran untuk kebijaksanaan nilai, nilai instrumental, yang menjadi penyebab (baik barang maupun
peristiwa alamiah) mengenai nilai intrinsic. Ketiga, kriteria
nilai artinya ukuran untuk menguji nilai. Keempat, status
metafisik nilai yang mempersoalkan tentang bagaimana hubungan antara nilai
terhadap fakta yang diselidiki.
2. Penilaian Dalam Aksiologi
Dalam
aksiologi, ada dua penilain yang umum digunakan, yaitu etika dan estetika.
Etika adalah cabang filsafat yang membahas secara kritis dan sistematis
masalah-masalah moral. Kajian etika lebih fokus pada prilaku, norma dan adat
istiadat manusia[6].
Di dalam etika yang dipersoalkan mengenai masalah kebaikan, keutamaan, keadilan
dan sebagainya. Etika sendiri dalam buku Etika Dasar yang ditulis oleh Franz
Magnis Suseno diartikan sebagai pemikiran kritis, sistematis dan mendasar
tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Isi dari pandangan-pandangan
moral ini sebagaimana telah dijelaskan di atas adalah norma-norma, adat,
wejangan dan adat istiadat manusia.
Berbeda
dengan norma itu sendiri, etika tidak menghasilkan suatu kebaikan atau perintah
dan larangan, melainkan sebuah pemikiran yang kritis dan mendasar. Tujuan dari
etika adalah agar manusia mengetahi dan mampu mempertanggungjawabkan apa yang
ia lakukan. Sedangkan estetika, berkaitan dengan nilai keindahan
3.
Hubungan
Aksiologi dengan Filsafat Ilmu
Menurut
Kattsoff menyatakan bahwa pertanyaan mengenai hakekat nilai dapat dijawab
dengan tiga macam cara yaitu: Pertama, Subyektivisme
menganggap bahwa nilai merupakan sesuatu yang terikat pada subyek.[7]
Kedua, Obyektivisme logis menganggap bahwa nilai merupakan kenyataan
ditinjau dari hakikat dan tidak bergantung pada subyek yang menilai. Ketiga,
Obyektivisme metafisik yaitu nilai merupakan unsur obyektif yang menyusun
kenyataan.[8]
Kaitan
antara
Aksiologi dengan Filsafat Ilmu adalah Nilai itu bersifat objektif, tapi
kadang-kadang bersifat subjektif. Dikatakan objektif jika nilai-nilai tidak
tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai,[9] tolak
ukur suatu gagasan berada pada objeknya, bukan pada subjek yang melakukan
penilaian. Kebenaran tidak tergantung pada kebenaran pada pendapat individu
melainkan pada objektivitas fakta. Sebaliknya, nilai menjadi subjektif, apabila
subjek berperan dalam memberi penilaian; kesadaran manusia menjadi tolak ukur
penilaian.[10]
Dengan
demikian nilai subjektif selalu memperhatikan berbagai pandangan yang dimiliki
akal budi manusia, seperti perasaan yang akan mengasah kepada suka atau tidak
suka, senang atau tidak senang. Bagaimana dengan objektivitas ilmu? Sudah
menjadi ketentuan umum dan diterima oleh berbagai kalangan bahwa ilmu harus
bersifat objektif. Salah satu faktor yang membedakan antara peryataan ilmiah
dengan anggapan umum ialah terletak pada objektifitasnya.
Seorang ilmuan harus melihat realitas empiris
dengan mengesampingkan kesadaran yang bersifat idiologis, agama dan budaya.
Seorang ilmuan haruslah bebas dalam menentukan topik penelitiannya, bebas
melakukan eksperimen-eksperimen. Ketika seorang ilmuan bekerja dia hanya
tertuju kepada proses kerja ilmiah dan tujuannya agar penelitiannya berhasil
dengan baik. Nilai objektif hanya menjadi tujuan utamanya, dia tidak mau
terikat pada nilai subjektif .
4.
Kegunaan Aksiologi terhadap
tujuan Ilmu Pengetahuan
Berkenaan dengan nilai guna ilmu, baik itu ilmu umum
maupun ilmu agama, tak dapat dibantah lagi bahwa kedua ilmu itu sangat
bermanfaat bagi seluruh umat manusia, dengan ilmu sesorang dapat mengubah wajah
dunia.
Nilai kegunaan ilmu, untuk mengetahui kegunaan filsafat
ilmu atau untuk apa filsafat ilmu itu digunakan, kita dapat memulainya dengan
melihat filsafat sebagai tiga hal, yaitu:
1. Filsafat sebagai kumpulan
teori digunakan memahami dan mereaksi dunia pemikiran.
Jika
seseorang hendak ikut membentuk dunia atau ikut mendukung suatu ide yang
membentuk suatu dunia, atau hendak menentang suatu sistem kebudayaan atau
sistem ekonomi, atau sistem politik, maka sebaiknya mempelajari teori-teori
filsafatnya. Inilah kegunaan mempelajari teori-teori filsafat ilmu.
2.
Filsafat sebagai pandangan hidup.
Filsafat
dalam posisi yang kedua ini semua teori ajarannya diterima kebenaranya dan
dilaksanakan dalam kehidupan. Filsafat ilmu sebagai pandangan hidup gunanya
ialah untuk petunjuk dalam menjalani kehidupan.
3. Filsafat sebagai metodologi dalam
memecahkan masalah.
Dalam hidup
ini kita menghadapi banyak masalah. Bila ada batui didepan pintu, setiap keluar
dari pintu itu kaki kita tersandung, maka batu itu masalah. Kehidupan akan
dijalani lebih enak bila masalah masalah itu dapat diselesaikan. Ada banyak
cara menyelesaikan masalah, mulai dari cara yang sederhana sampai yang paling
rumit. Bila cara yang digunakan amat sederhana maka biasanya masalah tidak
terselesaikan secara tuntas.penyelesaian yang detail itu biasanya dapat
mengungkap semua masalah yang berkembang dalam kehidupan manusia.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Aksiologi
adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu; axios yang berarti sesuai
atau wajar. Sedangkan logos yang berarti ilmu. Aksiologi dipahami sebagai teori
nilai. Aksiologi ilmu (nilai) adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat
nilai, yang umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan.
Kaitan
Antara Aksiologi Dengan Filsafat Ilmu adalah Nilai itu bersifat objektif, tapi
kadang-kadang bersifat subjektif. Dikatakan objektif jika nilai-nilai tidak
tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai.
Aksiologi
membberikan jawaban untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu di pergunakan.
Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah nilai.
Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan nilai.
Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi
metode ilmiah dengan norma-norma nilai.
B. Saran
Pemahaman
akan pentingya hakekat nilai menjadikan manusia bijaksana dalam menyikapi permasalahan yang kaitan
erat dengan nilai.
[1] Risieri
Frondizi, Pengantar Filsafat Nilai, terjemahan Cuk Ananta Wijaya, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2001), cet. I, hlm. ix
[2] Ilyas Supena, Desain Ilmu-Ilmu Keislaman;dalam Pemikiran Hermeneutika
Fazlur Rahman, (Semarang: Walisongo Press, 2008), cet. I, hlm.152
[6] Ibid. hlm. 29
[9] Risieri Frondizi, Pengantar Filsafat Nilai, terjemahan Cuk Ananta
Wijaya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), cet. I, hlm. 20
0 komentar:
Posting Komentar