Rabu, 08 April 2015

Filsafat Ilmu tentang Aksiologi



 

BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang Masalah
Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam manusia, dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia setelah mencapai pengetahuan.
Perkembangan pesat yang terjadi dalam pengetahuan ternyata melahirkan sebuah polemik baru,[1]  karena kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa kita sebut sebagai netralitas pengetahuan (value free)[2].
Sebaliknya ada jenis pengetahuan yang didasarkan pada netralitas ilmu terhadap  nilai. Dari pemikiran tersebut, harus dikaji mana yang lebih relevan antara netralitas pengetahuan dan pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai?
Bagian dari filsafat pengetahuan membicarakan tentang ontologis, epistomologis dan aksiologi, Pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu. Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan moral suatu masyarakat, sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama.
B.            Rumusan Masalah
1.            Apa pengertian aksiologi?
2.            Bagaimana Penilaian dalam Aksiologi?
3.            Bagaimana hubungan Aksiologi dengan filsafat ilmu?
4.            Bagaimana kegunaan Aksiologi  terhadap tujuan Ilmu Pengetahuan?






BAB II
PEMBAHASAN

1.        Pengertian Aksiologi
Aksiologi berasal dari kata axios yang berarti nilai atau sesuatu yang berharga, dan logos yang berarti akal, teori.  Axiology adalah ilmu yang mempelajari tentang nilai yang menyelidiki engenai kodrat, kriteria, dan status metafisik dari nilai.[3]
Aksiologi ilmu (nilai) adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat nilai, yang umumnya ditinjau dari sudut pandang filsafat  (Kattsoff: 1992). Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Aksiologi meliputi nilai-nilai, parameter bagi apa yang disebut sebagai kebenaran atau kenyataan, sebagaimana kehidupan kita yang multibidang, seperti bidang sosial, bidang fisik materiil, dan kawasan simbolik yang masing-masing menunjukan aspeknya sendiri-sendiri. Lebih dari itu, aksiologi juga menunjukan kaidah-kaidah apa yang harus kita perhatikan di dalam menerapkan ilmu kedalam praksis.
Menurut Bramel, aksiologi terbagi tiga bagian, yaitu : Moral Conduct, yaitu tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin khusus, yaitu etika, Estetic Expression, yaitu ekspresi keindahan, bidang ini melahirkan nilai keindahan, Sosio-political life, yaitu kehidupan sosial politik, yang akan melahirkan filsafat sosial politik.
Dari definisi-definisi aksiologi di atas, terlihat dengan jelas bahwa permasalahan utama adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai yang dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika. Etika menilai perbuatan manusia, maka lebih tepat kalau dikatakan bahwa objek formal etika adalah norma-norma moral manusia[4], dan dapat dikatakan pula bahwa etika mempelajari tingkah laku manusia ditinjau dari segi baik dan buruk di dalam suatu kondisi yang normative, yaitu suatu kondisi yang melibatkan norma-norma. Sedangkan estetika berkaitan dengan nilai tentang pengalaman keindahan yang dimiliki oleh manusia terhadap lingkungan dan fenomena di sekelilingnya.
Problem utama aksiologi menurut Runes berkaitan dengan empat factor yaitu, pertama, kodrat nilai apakah nilai itu berasal dari keinginan, kesenangan,  dan kepentingan[5]. Kedua, jenis-jenis nilai menyangkut perbedaan pandangan antara nilai intrinsic, ukuran untuk kebijaksanaan nilai,  nilai instrumental, yang menjadi penyebab (baik barang maupun peristiwa alamiah) mengenai nilai intrinsic. Ketiga, kriteria nilai artinya ukuran untuk menguji nilai. Keempat, status metafisik nilai yang mempersoalkan tentang bagaimana hubungan antara nilai terhadap fakta yang diselidiki.
2.    Penilaian Dalam Aksiologi
          Dalam aksiologi, ada dua penilain yang umum digunakan, yaitu etika dan estetika. Etika adalah cabang filsafat yang membahas secara kritis dan sistematis masalah-masalah moral. Kajian etika lebih fokus pada prilaku, norma dan adat istiadat manusia[6]. Di dalam etika yang dipersoalkan mengenai masalah kebaikan, keutamaan, keadilan dan sebagainya. Etika sendiri dalam buku Etika Dasar yang ditulis oleh Franz Magnis Suseno diartikan sebagai pemikiran kritis, sistematis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Isi dari pandangan-pandangan moral ini sebagaimana telah dijelaskan di atas adalah norma-norma, adat, wejangan dan adat istiadat manusia.
          Berbeda dengan norma itu sendiri, etika tidak menghasilkan suatu kebaikan atau perintah dan larangan, melainkan sebuah pemikiran yang kritis dan mendasar. Tujuan dari etika adalah agar manusia mengetahi dan mampu mempertanggungjawabkan apa yang ia lakukan. Sedangkan estetika, berkaitan dengan nilai keindahan
3.        Hubungan Aksiologi dengan Filsafat Ilmu
Menurut Kattsoff menyatakan bahwa pertanyaan mengenai hakekat nilai dapat dijawab dengan tiga macam cara yaitu: Pertama, Subyektivisme menganggap bahwa nilai merupakan sesuatu yang terikat pada subyek.[7] Kedua, Obyektivisme logis menganggap bahwa nilai merupakan kenyataan ditinjau dari hakikat dan tidak bergantung pada subyek yang menilai. Ketiga, Obyektivisme metafisik yaitu nilai merupakan unsur obyektif yang menyusun kenyataan.[8]
Kaitan antara Aksiologi dengan Filsafat Ilmu adalah Nilai itu bersifat objektif, tapi kadang-kadang bersifat subjektif. Dikatakan objektif jika nilai-nilai tidak tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai,[9] tolak ukur suatu gagasan berada pada objeknya, bukan pada subjek yang melakukan penilaian. Kebenaran tidak tergantung pada kebenaran pada pendapat individu melainkan pada objektivitas fakta. Sebaliknya, nilai menjadi subjektif, apabila subjek berperan dalam memberi penilaian; kesadaran manusia menjadi tolak ukur penilaian.[10]
Dengan demikian nilai subjektif selalu memperhatikan berbagai pandangan yang dimiliki akal budi manusia, seperti perasaan yang akan mengasah kepada suka atau tidak suka, senang atau tidak senang. Bagaimana dengan objektivitas ilmu? Sudah menjadi ketentuan umum dan diterima oleh berbagai kalangan bahwa ilmu harus bersifat objektif. Salah satu faktor yang membedakan antara peryataan ilmiah dengan anggapan umum ialah terletak pada objektifitasnya.
 Seorang ilmuan harus melihat realitas empiris dengan mengesampingkan kesadaran yang bersifat idiologis, agama dan budaya. Seorang ilmuan haruslah bebas dalam menentukan topik penelitiannya, bebas melakukan eksperimen-eksperimen. Ketika seorang ilmuan bekerja dia hanya tertuju kepada proses kerja ilmiah dan tujuannya agar penelitiannya berhasil dengan baik. Nilai objektif hanya menjadi tujuan utamanya, dia tidak mau terikat pada nilai subjektif .
4.        Kegunaan Aksiologi  terhadap tujuan Ilmu Pengetahuan
Berkenaan dengan nilai guna ilmu, baik itu ilmu umum maupun ilmu agama, tak dapat dibantah lagi bahwa kedua ilmu itu sangat bermanfaat bagi seluruh umat manusia, dengan ilmu sesorang dapat mengubah wajah dunia.
Nilai kegunaan ilmu, untuk mengetahui kegunaan filsafat ilmu atau untuk apa filsafat ilmu itu digunakan, kita dapat memulainya dengan melihat filsafat sebagai tiga hal, yaitu:
1.      Filsafat sebagai kumpulan teori digunakan memahami dan mereaksi dunia pemikiran.
Jika seseorang hendak ikut membentuk dunia atau ikut mendukung suatu ide yang membentuk suatu dunia, atau hendak menentang suatu sistem kebudayaan atau sistem ekonomi, atau sistem politik, maka sebaiknya mempelajari teori-teori filsafatnya. Inilah kegunaan mempelajari teori-teori filsafat ilmu.
2.      Filsafat sebagai pandangan hidup.
Filsafat dalam posisi yang kedua ini semua teori ajarannya diterima kebenaranya dan dilaksanakan dalam kehidupan. Filsafat ilmu sebagai pandangan hidup gunanya ialah untuk petunjuk dalam menjalani kehidupan.
3.      Filsafat sebagai metodologi dalam memecahkan masalah.
Dalam hidup ini kita menghadapi banyak masalah. Bila ada batui didepan pintu, setiap keluar dari pintu itu kaki kita tersandung, maka batu itu masalah. Kehidupan akan dijalani lebih enak bila masalah masalah itu dapat diselesaikan. Ada banyak cara menyelesaikan masalah, mulai dari cara yang sederhana sampai yang paling rumit. Bila cara yang digunakan amat sederhana maka biasanya masalah tidak terselesaikan secara tuntas.penyelesaian yang detail itu biasanya dapat mengungkap semua masalah yang berkembang dalam kehidupan manusia.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu; axios yang berarti sesuai atau wajar. Sedangkan logos yang berarti ilmu. Aksiologi dipahami sebagai teori nilai. Aksiologi ilmu (nilai) adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat nilai, yang umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan.
Kaitan Antara Aksiologi Dengan Filsafat Ilmu adalah Nilai itu bersifat objektif, tapi kadang-kadang bersifat subjektif. Dikatakan objektif jika nilai-nilai tidak tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai.
Aksiologi membberikan jawaban untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu di pergunakan. Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah nilai. Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan nilai. Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma nilai.
B.     Saran
Pemahaman akan pentingya hakekat nilai menjadikan manusia bijaksana dalam menyikapi permasalahan yang kaitan erat dengan nilai.



[1] Risieri Frondizi, Pengantar Filsafat Nilai, terjemahan Cuk Ananta Wijaya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), cet. I, hlm. ix
[2] Ilyas Supena, Desain Ilmu-Ilmu Keislaman;dalam Pemikiran Hermeneutika Fazlur Rahman, (Semarang: Walisongo Press, 2008), cet. I, hlm.152
                [3]  Rizal Mustansyir, Misnal Munir,Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), cet.I, hlm.26
[4] Ibid. hlm.29
[5] Ibid. hlm. 27
[6] Ibid. hlm. 29
[7] Ibid. hlm. 28
[8] Ibid.
[9] Risieri Frondizi, Pengantar Filsafat Nilai, terjemahan Cuk Ananta Wijaya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), cet. I, hlm. 20
[10] Rizal Mustansyir, Misnal Munir,Filsafat Ilmu, Op. Cit, hlm. 28

0 komentar:

Posting Komentar

Menurutmu Bagaimana Blog Ini?

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.