“Mas Arya” dia memanggil
dari kejauhan dengan tersenyum padaku. Dia adalah Mita, seorang pekerja baru
dimana tempatku bekerja, bagiku dia si gadis imut dengan rambut panjang, wajah
oval, hidung mancung, bibir menawan, mata berkilau bagai permata, dan badan
tinggi langsing.
Senyuman pertamanya
langsung terbawa dalam pikiranku, seakan angin menjadi saksi apa yang kurasakan
setiap detik, menit, maupun setiap jam. Kata-katanya juga masih terniang dalam
pikiranku, “Mas Arya” itulah nada pertama yang terucap dari mulutnya sembari
tersenyum. Tapi ketika aku mau menjawabnya, ternyata dia telah berjalan
meninggalkanku. Namun aku yakin di hari kedua pasti bertemu dengannya lagi,
sesuai dengan kata hatiku.
***
Di hari kedua, mataku
memandang kekanan dan kekiri. Aku mencari dia, si gadis imut yang dihari
pertama memanggilku. Beberapa jam telah aku lalui, tapi tidak terlihat
tanda-tanda keberadaannya. Tapi selang beberapa waktu kemudian tiba-tiba ada
seorang yang menepuk pundakku dari belakang sembari memanggil namaku.
“Mas Arya” sapa gadis
imut yang aku cari.
Ternyata kata itu lagi
yang terdengar ditelingaku, akupun berbalik badan dan ternyata melihat dia.
“Iya, kamu siapa?”
tanyaku padanya, dengan nada lugu dan lembut, karena tak mengenalnya.
“Namaku Mita Mas, salam
kenal” jawab dia padaku dengan nada lembut sembari tersenyum, menambah
keingintahuanku padanya.
“Mita siapa ya?” tanyaku
kembali kepadanya, namun dia hanya tersenyum dan lekas pergi meninggalkanku.
Bagiku dia bukan
siapa-siapa, namun perasaan ini seolah-seolah menginginkanku untuk mencari tahu
siapakah dia. Karena yang masih terniang dalam pikiranku adalah senyum manisnya
dan kelembutan suaranya yang mampu membuat hatiku bergetar. Akupun berusaha
bersabar sambil berdo’a agar kita dipertemukan kembali.
Namun dihari ketiga dan
keempat aku tidak berjumpa dengannya karena harus pulang kerumah.
****
Setelah dua hari libur
kerja, aku memulai langkahku dengan harapan dapat bertemu dengannya dan doaku
dikabulkan oleh Allah. Sosok perempuan yang terlihat imut, dengan memakai baju
ungu yang melambangkan kasih sayang dan celana pendek, aku pun menghampirinya.
“Hai, Mita?” sapaku
padanya, namun dia hanya membalas dengan senyuman, yang membuatku tambah
bingung dengannya, aku pun berkata dalam hatiku “Apa maksud senyuman itu?”. Akupun
melanjutkan percakapan dengannya agar rasa penasaranku dapat terjawab.
“Kamu baru ya bekerja
disini?” tanyaku padanya sembari merasa malu dengannya.
“Iya Mas.” jawab dia dan
lagi-lagi sembari tersenyum malu denganku.
“Kamu ko’ bisa tahu
namaku dari mana Mit?” tanyaku lagi padanya, namun dia sudah terlanjur di
panggil temannya, akhirnya dia pergi meninggalkanku.
Hati dan pikiranku mulai
gundah, tidak tahu kenapa, timbul juga pertanyaan dari hatiku “apakah mungkin
karena sosok mita dengan senyumannya itu mampu mengundahkan hatiku?” kataku
dalam hati.
*****
Setelah sampai di rumah,
aku bercerita tentang kisahku ini dengan Ferdi, dia adalah teman baikku sejak
kecil, aku pun menceritakan semua yang aku alami.
“Fer, selama bekerja aku
bertemu dengan sosok perempuan yang misterius, karena aku baru pertama melihat
dia di tempat kerjaku, dia juga tahu namaku. Ditambah lagi, ketika aku tanya
atau ketika dia melihatku pasti tersenyum. Jadi hatiku gundah dan bingung
dengan dia Fer?” curhatku pada Ferdi.
“Gundah kenapa Ar?” tanya
dia padaku.
“Ndak tahu Fer, tapi
ketika melihatnya, apalagi senyumannya hatiku bergetar.” jawabku padanya.
“Mungkin kamu telah jatuh
cinta padanya?” tebaknya padaku sambil tersenyum.
“Aku kurang tahu Fer,
apakah aku jatuh cinta atau tidak, tapi aku baru pertama melihatnya, walaupun
ya memang hati ini merasa sedikit tertarik dengannya, karena dia sesuai dengan
kriteria wanita idamanku” kataku kepada Ferdi.
“Lebih baik kamu
ungkapkan saja perasaanmu padanya, dari pada kamu selalu dibayang-bayangi
dengan sosoknya yang menurutmu senyumnya menawan.” sarannya padaku sambil
berpamitan pulang.
Setelah aku pikir-pikir,
saran ferdi ada benarnya. Tapi menurutku terlalu dini mengungkapkan isi hatiku
padanya. Dan aku pun memutuskan untuk
berusaha mengenal dia lebih dalam, mencari tahu dari hal yang terkecil
tentang dia pada teman-temannya. Kurang lebih selama satu minggu aku seperti
melakukan reserch atau penelitian tentang dia, dan aku juga sudah mengetahui
statusnya, bahwa dia masih jomblo. Akhirnya aku memutuskan untuk mengungkapkan
isi hatiku minggu depan, karena minggu ini aku masih ingin berkomunikasi
dengannya atau pendekatan secara mendalam.
******
Setelah satu minggu
kemudian, akhirnya aku sampai dengan keputusannku untuk menyatakan perasaanku
kepadanya. Aku mengajak dia kesebuah taman nan indah sebagai pendukung
pengungkapan perasaan cintaku padanya.
“Mit?” sapaku dengan nada
semangat.
“Iya Mas Aryo.” Jawabnya
dengan nada lembut dan senyum manisnya yang menjadi ciri khas.
“Semenjak awal aku
berjumpa denganmu, aku mulai merasa suka padamu, apalagi senyummu
itu, menggetarkan hatiku. Aku merasa jikalau kamu adalah wanita idamanku,
yang diturunkan tuhan dari langit. Selama kurang lebih satu bulan aku
mengenalmu, hidupku terasa indah saat dekat denganmu. Jadi maukah kamu menjadi
pacarku Mit?” ungkapan perasaanku kepadanya, sambil berdo’a agar diterima.
“Hehe.” dia hanya
tersenyum, aku yakin bahwa dia menerimaku, jadi aku berusaha meyakinkan dia,
dan memberinya setangkai bunga mawar.
“Ini setangkai bunga
mawar untukmu Mit, melambangkan cintaku padamu, maukah kamu jadi pacarku?
Tolong dijawab Mit?” kataku kepadanya dengan perasaan khawatir.
“Maaf, aku sudah punya
pacar.” jawabnya dengan singkat, lalu meninggalkanku.
Sekian...................
0 komentar:
Posting Komentar