Minggu, 01 Maret 2015

Awal Pendidikan Politik Soekarno Muda


Awal Pendidikan Politik Soekarno Muda



    Soekarno lahir Pada tanggal 06 Juni 1901 di Surabaya, ayahnya bernama Raden Sukemi Sosrodiharjo, seorang priayi rendahan yang bekerja sebagai guru sekolah dasar. Sementara ibunya, Nyoman Rai termasuk golongan darah biru berasal dari Bali dan beragama Hindu. Perlu dapahami bahwa nama awal Sukarno adalah Kusno, akan tetapi saat itu Kusno sering sakit-sakitan, jadi ayahnya mengubah dengan nama Sukarno. Hal itu terjadi saat dia berumur lima tahun. Akhirnya diganti dengan nama Sukarno yang diambil dari seorang kesatria, Karna. Karno adalah panglima perang dalam kisah Bharata Yudha yang berpihak kepada Kurawa dalam melawan Pandhawa. Walaupun Karna sadar bahwa dia berada pada pihak yang salah, tapi dia rela berkorban untuk kesetiaannya terhadap Kurawa.     
     Ketika usia kanak-kanak Sukarno tinggal bersama dengan kakeknya, Raden Hardjokromo (seorang pedagang batik), di Tulung Agung, Jawa Timur. Di rumah kakeknya itu, Sukarno dikenal sebagai penggemar wayang kulit, dia sering menontong wayang kulit sampai larut malam. Dari situlah dia terkesan dengan tokoh Bima yang nantinya mempengaruhi pandangan serta sikap politiknya .  Hal itu terlihat dari sikap Sukarno yang bersikap nonkooperasi terhadap musuh baik kaum Imperialis Maupun Kapitalis.
         Pendidikan awal Sukarno di Tulung Agung, tapi dia tidak mempergunakan dengan baik, karena dia sering melamun tentang kisah perang Bharata Yudha. Sukarno termasuk orang yang tak segan-segan bertanya kepada siapapun, jadi ketika muda ilmunya bertambah, bahkan melebihi kawan-kawannya.
      Ketika ayahnya harus mengajar  sebagai kepala Eerste Klase School di Mojokerto, akhirnya Sukarno mengikuti ayahnya. Dan dari sini Sukarno mulai terlihat kepandaiaanya, karena ayahnya seorang guru yang bisa memantau kegiatan belajar Sukarno saat itu. Setelah itu Raden Sukemi akhirnya memasukkan Sukarno Muda ke European Lagere School (ELC). Sekolahan tersebut untuk memenuhi pendidikan anak-anak  pekerja pabrik gula. Sebelum menginjakkan kaki di ELC tahun 1913, Sukarno harus mengorbanka waktu untuk belajar Bahasa Belanda pada Juffrow M.P. de la Reviera. 
        Pada waktu itu, Sukarno memang di didik secara keras oleh ayahnya, penuh disiplin, tapi disisi lain mengajarkan untuk mencintai kaum lemah tak berdaya. Setelah menyelesaikan pendidikannya di ELC tahun 1915, Sukarno melanjutkan di Hogere Burger School di Surabaya (HBS), untuk masuk kedalamnya, Raden sukemi  menggunakan pengaruh temannya untuk memasukkan anaknya ke dalam sekolah tersebut melalui jasa Tjokroaminoto, dan akhirnya Sukarno diterima.

Awal Pemikiran Politik Sukarno Muda

     Di kota Surabaya tersebut, Sukarno mendapatkan suasana yang berbeda, dengan alam yang nyaman, tentram, dan harmonis. Di kota ini Sukarno mendapatkan pengaruh Pemikiran Barat Modern. Dia berada di Surabaya selama lima tahun, di rumah HOS Tjokroaminto, dan disitu pula Sukarno Muda mendapatkan pendidikan politik.
         Sukarno berkenalan dengan orang-orang Sosialis kiri, seperti Alimin, Musso, dan Dharsono - yang juga mendapat kedudukan penting dalam kepengurusan Sarekat Islam dan keanggotaan Indische School Democratische Vereeniging (ISDV). Selain itu Sukarno juga berkenalan dengan tokoh militan Islam, Haji Agus Salim. Bagitupula tokoh Marxis, H. Sneevliet, Adolf Baars, dan C. Hartogh. Dan C. Hartogh adalah tokoh  yang pertama mengenalkan marxisme pada Sukarno.     
           Dari sini Sukarno merasa ada diskriminasi  orang-orang berkulit sawo matang, oleh orang-orang hidung panjang (bangsa kolonial). Akhirnya timbul kesadaran untuk membebaskan bangsanya dari perlakuan diskriminasi tersebut. Sebagai remaja yang merasa gelisah dengan keadaan saat itu, Sukarno menyalurkan aspirasinya melalui surat kabar milik Sarekat Islam, ia menuangkan seluruh realitas yang ada di masyarakat, dengan menggunakan nama Bima.
          Beberapa kutipan surat kabarnya adalah " ....hancurkan segera kapitalisme yang dibantu oleh budaknya, Imperialisme Dengan Kekuatan Islam, Isnya'Allah itu segera dilaksanakan..". Hal lain yang menunjang pemikiran politiknya adalah keikutsertaan dalam organisasi pemuda yang ada, Tri Koro Darmo, yang  berdiri sebagai organisasi Budi Utomo.
         Di tahun 1920 seusai tamat dari HBS, Soekarno melanjutkan studinya ke Technische Hoge School atau THS (sekarang berganti nama menjadi Institut Teknologi Bandung) di Bandung dan mengambil jurusan teknik sipil.
        Saat bersekolah di Bandung, , Soekarno tinggal di kediaman Haji Sanusi yang merupakan anggota Sarekat Islam dan sahabat karib Tjokroaminoto. Melalui Haji Sanusi, Soekarno berinteraksi dengan Ki Hajar Dewantara, Tjipto Mangunkusumo dan Dr Douwes Dekker, yang saat itu merupakan pemimpin organisasi National Indische Partij.
     Pada tahun 1926, sebagai langkah pertama Soekarno terjun dalam dunia poltik, dia mendirikan Algemene Studie Club (ASC) di Bandung yang diinspirasi dari Indonesische Studie Club (dipimpin oleh Dr Soetomo). Algemene Studie Club  merupakan cikal bakal berdirinya Partai Nasional Indonesia pada tahun 1927.

Terima Kasih, Semoga Bermanfaat......
       

0 komentar:

Posting Komentar

Menurutmu Bagaimana Blog Ini?

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.