Doktrin Aqidah Murjiah
Awal munculnya kaum murji’ah ditengah pertentangan yang terjadi dikalangan umat Islam , pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan munculnya kaum Khawarij. Kaum murji’ah muncul juga disebabkan oleh persoalan politik, masalah khilafah. Dapat dikatakan agaknya kaum murji’ah adalah orang-orang yang tehimpun dalam sebuah golongan yang tampil beda dalam menyikapi persoalan-persoalan yang terjadi pada masa mereka . Namun kaum murji’ah tidaklah terpengaruh dengan praktek kafir-mengkafirkan sesama umat Islam. Mereka lebih netral dibanding Khawarij yang begitu fanatik dan ekstrim dalam ajarannya.
Kata Murji`ah berasal dari kata ”al- Irja`” yang berarti ”al- Ta`khir” yang artinya menangguhkan atau menomorduakan, hal ini berdasarkan pada firman Allah yang terdapat dalam surat al-A`raf ayat 111 :(#þqä9$s% ÷mÅ_ö‘r& çn%s{r&ur Artinya : ”Pemuka-pemuka itu menjawab: "Beri tangguhlah dia dan saudaranya,
Pengertian murji`ah yang ke dua ini adalah disebabkan mereka berpendapat bahwa perbuatan maksiat tidak merusak iman, sebagaimana halnya ketaatan seseorang tidak berpengaruh dengan kekufurannya.
Sebuah kesimpulan logis yang dapat diberikan terhadap sikap kaum murji’ah adalah bahwa mereka memandang yang menentukan mukmin atau kafirnya seseorang bukanlah soal perbuatan atau amalnya, tetapi terkait pada masalah kepercayaan atau iman, artinya amal adalah sesudah duduknya masalah keyakinan dalam diri orang mukmin. Inilah yang menjadi salah satu dasar pemberian nama terhadap kaum murji’ah yang terambil dari kata arjaa’ yang berarti mengambil tempat di belakang. Dalam artian memandang masalah perbuatan seseorang menjadi kurang penting dalam menentukan posisi amal atau kafirnya seseorang. Kata arjaa’ juga berarti penyelesaian persoalan siapa yang salah dan siapa yang benar nanti diserahkan kepada pengadilan Tuhan. Pengertian lain dari arjaa’ juga mengandung makna pemberian harapan bahwa orang Islam yang melakukan dosa besar bukanlah kafir tetapi tetap mukmin dan tidak akan kekal didalam neraka, disini jelas masih adanya penghargaan yang diberikan kepada pelaku dosa besar dengan harapan mendapat rahmat dari Allah.
Sekte dan Ajarannya
Beberapa sekte dan ajaran Murji`ah yang terkenal adalah:
a. Yunusiyah
Pemimpin mereka adalah Yunus ibnu `Aun al Hamiri. Mereka berpendapat bahwa iman adalah mengenal Allah, tunduk dan cinta serta tidak takabur kepada Nya. Jika hal ini telah terdapat pada diri seseorang berarti telah layak dikatakan sebagai mukmin, sedangkan amal perbuatan yang berbentuk ketaatan bukanlah unsur dari iman artinya tidak akan berpengaruh pada iman apabila ditinggalkan.
Bahkan menurut mereka apabila di hati seseorang telah bersemi rasa tunduk dan cinta kepada Allah, perbuatan maksiatpun tidak akan bisa merusaknya, dan inilah yang akan memasukkan seseorang ke syurga.
2. Ubaidiyah
Mereka sependapat dengan sekte Yunusiyah, bahwa dosa dan kejahatan tidak akan merusak iman . Semua dosa tidak mustahil akan diampuni Allah selain dosa syirik. Mereka adalah pengikut dari `Ubaid al- Mukta`ib.
3. Ghassaniyah
Mereka adalah pengikut Ghassan al- Kufi. Mereka berpendapat bahwa iman adalah mengenal Allah dan RasulNya , serta mengakui kebenaran segala ketentuan Allah dan RasulNya secara menyeluruh. Iman bersifat tetap tidak bisa bertambah dan juga tidak bisa berkurang. Selanjutnya Iman menurut mereka adalah pengakuan dan cinta kepada Allah, mengagungkannya dan tidak takabur kepada Allah.
- Saubaniyah
Sekte ini dipimpin oleh Abu Sauban al- Murji`i. Iman menurut mereka adalah mengakui Allah dan RasulNya , mengetahui apa yang diperintah dan apa yang dilarang secara rasional menurut mereka bukanlah iman.
- Tumaniyah
Abu Mu`az al- Tumani adalah pemimpin kelompok tersebut, Menurut mereka iman adalah apa yang terjaga serta terpelihara dari kekufuran. Di dalamnya terkandung berberapa unsur iman yang bisa menyebabkan seseorang menjadi kufur bila ditinggalkan. Unsur iman itu adalah ma`rifat, tashdiq, mahabbah, ikhlas serta mengakui kebenaran yang dibawa oleh Rasul. seperti orang yang meninggalkan shalat atau puasa karena menganggap halal dianggap kafir, akan tetapi kalau meninggalkannya dengan niat mengqada maka tidaklah kafir. Orang yang membunah Nabi dipandang kafir karena dipandang telah menghina dan memusuhi nabi, bukan karena perbuatan pembunuhannya.
Shalihiyah
Pemimpin kelompk ini adalah Shalih ibnu Umar al- Shalihi. Menurut mereka iman adalah mengenal Allah, siapa yang tidak mengenal Allah berarti kafir. Ibadah menurut mereka bukan dipandang amal, tetapi adalah iman itu sendiri yakni mengenal Allah, iman juga tidak bertambah dan tidak berkurang begitu juga kafir. Shalat, puasa dan ibadah lainnya menurut mereka bukanlah ibadah tetapi adalah ketaatan melaksanakan iman.
Ajaran Pokok Murji`ah
Kaum Murji`ah yang timbul sebagai reaksi terhadap kaum Khawarij dalam faham mereka sangat bertentangan dengan faham Khawarij. Dimana menurut mereka orang Islam yang melakukan dosa besar tidaklah menjadi kafir, tetapi tetap mukmin. Masalah dosa besar yang dilakukannya diserahkan kepada keputusan Allah kelak di Akhirat. Apabila dosa besarnya diampuni Allah ia akan masuk syurga, kalau tidak ia akan masuk neraka sesuai dengan dosa yang dilakukan, kemudian dimasukkan ke syurga. Adapun argumen yang dipakai oleh kaum Murji`ah adalah bahwa orang Islam yang melakukan dosa besar masi mengucapkan dua kalimat syahadat, orang ini masih tetap mukmin.
Pada umumnya kaum Murji`ah berpendapat bahwa iman adalah mengenal Allah dengan hati. Seseorang dikatakan mukmin jika dia telah beriman dengan hatinya, walaupun lidahnya tidak mengucapkan dua kalimah syahadat atau secara lahirnya berprilaku Yahudi atau Nasrani.Menurut mereka iman adalah tasdiq, amal seseorang lahir bukanlah karena tasdiq, maka iman dengan amal tidak memiliki hubungan. Inilah golongan Murjiah yang ekstrim dalam fahamnya.
Golongan Murji’ah ekstrim, mempunyai doktrin bahwa orang Islam yang melakukan dosa besar masih tetap mukmin, karena menurut Abu Hanifah, iman itu ialah sebuah pengetahuan dan pengakuan tentang Tuhan, tentang Rasul-Nya dan tentang segala yang datang dari Tuhan secara kaseluruhan. Iman menurutnya tidak bisa bertambah dan tidak bisa pula berkurang serta tidak ada perbedaan antara manusia dalam masalah iman. Pendapat ini mungkin muncul dikarenakan Abu Hanifah sebagai seorang imam mahzab yang banyak berpegang pada logika. Karena menurutnya iman semua orang adalah sama, walaupun dia orang baik atau orang jahat, sehingga terjadi pro kontra di kalangan ulama dalam menilai pendapat Abu Hanifah ini sehingga ada yang menggolongkan Abu Hanifah sebagai tokoh ekstrim Murji’ah.
Menurut mereka ibadah Shalat bukanlah ibadat kepada Allah, karena yang disebut ibadah adalah iman kepada Allah, dalam arti Shalikiah sembahyang, zakat, puasa dan haji hanya menggambarkan kepatuhan dan tidak merupakan ibadat kepada Allah. Karena yang mereka sebut ibadah itu hanyalah iman kepada Allah.
Pendapat golongan Murji’ah ini sangat ekstrim sekali karena menurut pendapat golongan ini antara perbuatan dan amal tidaklah sepenting iman. Dan hanya imanlah yang menentukan mukmin atau kafirnya seseorang. Sedangkan perbuatan tidak mempunyai pengaruh apapun terhadap iman. Iman itu letaknya dalam hati dan apa yang ada dalam hati seseorang tidak dapat diketahui oleh orang lain. Makanya ucapan dan perbuatan seseorang tidaklah mesti mengandung arti bahwa dia tidak mempunyai iman, yang penting adalah iman di dalam hati.
Golongan Murji’ah kedua adalah golongan yang moderat, mereka berpendapat bahwa seseorang mukmin selama dia mengakui tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad sebagai Rasul-Nya, dia adalah mukmin. Walaupun dia melakukan dosa besar, namun dosa besar yang dilakukannya tidaklah membuat dia keluar dari Islam. Artinya di a tetap menjadi orang Islam dan tetap akan masuk surga. Karena menurut mereka iman bukan hanya membenarkan dengan hati, tetapi juga harus diikrarkan dengan lisan.
Al-Bazdawi berpendapat bahwa iman adalah kepercayaan dalam hati, yang dinyatakan dengan lisan. Kepatuhan kepada Tuhan merupakan akibat dari keimanan. Orang yang meninggalkan kepatuhan pada Tuhan bukanlah orang kafir. Orang mukmin yang melakukan dosa besar tidak akan dalam neraka sekalipun dia tidak sempat bertaubat, artinya nasib seseorang diakhirat tergantung kepada kehendak Allah. Dengan demikian iman adalah kunci untuk masuk syurga, sedang amal hanya berfungsi untuk membedakan tingkatan seseorang dalam syurga.








0 komentar:
Posting Komentar