Jumat, 04 Oktober 2013

Obyek Wisata





Setiap tradisi yang mampu bertahan lama, pastilah melalui proses evolusi kebudayaan yang panjang dan memiliki kesamaan akar historis. Evolusi yang diikuti akulturasi itu, pada akhirnya menimbulkan keselarasan dan kecocokan dengan masyarakat penganutnya. Tesis itu, sangat relevan diajukan guna mengungkap tradisi ”syawalan”, yang dilakukan oleh masyarakat Jawa secara turun-temurun. Di Jepara, tradisi syawalan dilakukan sepekan setelah hari raya Idul Fitri atau pada tanggal 8 syawal dan biasa disebut dengan “ Bada Kupat ”. Disebut “ Bada Kupat ” karena pada saat itu masyarakat Jepara merayakannya dengan memasak kupat (ketupat) dan lepet disertai rangkaian masakan lain seperti : opor ayam, rendang daging, sambal goreng, oseng-oseng dan lain-lain. Selain itu, sering pula disebut “ Pesta Lomban ” karena merupakan puncak acara dari Pekan Syawalan.
Pengertian
Nama Jepara berasal dari kata ‘ujung’ dan ‘para’. Kata Para adalah kependekan dari ‘pepara’ yang berarti bebakulan mrana-mrana, yaitu berdagang kesana-kemari. Sementara itu Lekkerkerker menyebut Jepara dengan haventjes der klein handelaars artinya pelabuhan para pedagang kecil. Panitia Penyusunan Hari Jadi Jepara mengatakan bahwa pada umumnya kota-kota yang terletak di tepi pantai biasanya menggunakan kata ‘ujung’ seperti ‘Ujung Sawat’, ‘Ujung Gat’, ‘Ujung Kalirang’, ‘Ujung Jati’, ‘Ujung Lumajang’, dan ‘Ujung Blidang’ sehingga kata Jepara berasal dari kata ‘ ujung para, ujungmara atau jumpara’. Jepara yang terletak di Pesisir pantai utara pulau Jawa mayoritas masyarakatnya berpencaharian sebagai nelayan selain sebagai pengrajin seni ukir (mebel).
            Istilah Lomban oleh sebagian masyarakat Jepara disebutkan dari kata “lomba-lomba” yang berarti masyarakat nelayan masa itu bersenang-senang melaksanakan lomba-lomba laut yang seperti sekarang masih dilaksanakan setiap pesta Lomban, namun ada sebagian mengatakan bahwa kata-kata lomban berasal dari kata “Lelumban” atau bersenang-senang. Semuanya mempunyai makna yang sama yaitu merayakan hari raya dengan bersenang-senang setelah berpuasa Ramadhan sebulan penuh. Yang pasti, bada lomban merupakan momen bagi para nelayan untuk bersenang-senang dalam merayakan Idul Fitri setelah menunaikan puasa sebulan penuh. Tidak hanya para nelayan, anak-anak yang tinggal di sekitar pantai menyemarakkan pesta rakyat tersebut dengan memakai baju warna-warni.
Selain bada lomban, dikenal pula bada kupat. Kupat adalah bentuk tradisional yang tidak asing lagi bagi masyarakat khususnya masyarakat Jawa Tengah . Secara harfiah, ketupat merupakan jenis makanan yang dibuat dari pembungkus pelepah daun janur berbentuk hati yang di dalamnya berisi beras yang sudah matang. Ketupat ini hanyalah merupakan bentuk simbolisasi yang bermakna hati putih yang dimiliki oleh seseorang yang kembali suci.
            Ketupat dalam bahasa Jawa berasal dari singkatan “Ngaku Lepat” yang berarti mengakui kesalahan. Maknanya, dengan tradisi ketupat diharapkan setiap orang mau mengakui kesalahan, sehingga memudahkan diri untuk memaafkan kesalahan orang lain. Singkatnya, semua dosa yang ada akan saling terlebur bersamaan dengan hari raya idul fitri. Selain itu ketupat mengandung empat makna yakni: lebar, lebur, luber dan labur. Lebar artinya luas, lebur artinya dosa atau kesalahan yang sudah diampuni, luber maknanya pemberian pahala yang berlebih, dan labur artinya wajah yang ceria. Secara keseluruhan bisa dimaknai sebagai suatu keadaan yang paling bahagia setelah segala dosa yang demikian besar diampuni untuk kembali menjadi orang yang suci dan bersih.
Banyak makna filosofis yang dikandung dalam makanan ketupat ini. Bungkus yang dibuat dari janur kuning melambangkan penolak bala bagi orang Jawa. Sebagian masyarakat juga memaknai rumitnya anyaman bungkus ketupat mencerminkan berbagai macam kesalahan manusia sedangkan warna putih ketupat ketika dibelah dua mencerminkan kebersihan dan kesucian setelah mohon ampun dari kesalahan. Beras sebagai isi ketupat diharapkan menjadi lambang kemakmuran setelah hari raya.
Adapun bentuk ketupat yang persegi, menjadi simbol atau perwujudan cara pandang kiblat papat lima pancer. Cara pandang itu menegasikan adanya harmonisasi dan keseimbangan alam: empat arah mata angin utama, yaitu timur, selatan, barat, dan utara yang bertumpu pada satu pusat. Maknanya, manusia dalam kehidupan, ke arah manapun dia pergi, hendaknya tidak pernah melupakan pancer yaitu Tuhan yang Maha Esa.
Selain ketupat, makanan khas di Jepara pada saat pesta lomban adalah lepet. Lepet hampir seperti ketupat tetapi terbuat dari ketan disertai parutan kelapa dan diberi garam. Lepet ini rasanya lebih gurih dan dimakan tanpa lauk. Bentuknya bulat panjang 10 cm. Lepet artinya luput atau keliru, sehingga artinya mereka supaya dijauhkan dari kesalahan dan kekeliruan.
http://zainurrakhmah.blog.ugm.ac.id/files/2010/11/32.jpg
Sejarah Pesta Lomban

Pesta lomban itu sendiri telah berlangsung lebih dari 1 (satu) abad yang lampau. Berita ini bersumber dari tulisan tentang lomban yang dimuat dalam Kalawarti/Majalah berbahasa Melayu bernama Slompret Melayu yang terbit di Semarang pada paruh kedua abad XIX edisi tanggal 12 dan 17 Agustus 1893 yang menceritakan keadaan lomban pada waktu itu, dan ternyata tidak berbeda dengan apa yang dilaksanakan masyarakat sekarang.
Diceritakan dalam pemberitaan tersebut, bahwa pusat keramaian pada waktu itu berlangsung di teluk Jepara dan berakhir di Pulau Kelor. Pulau Kelor sekarang adalah komplek Pantai Kartini atau taman rekreasi Pantai Kartini yang kala itu masih terpisah dengan daratan di Jepara.Karena pendangkalan, maka lama kelamaan antara Pulau Kelor dan daratan Jepara bergandeng menjadi satu. Pulau Kelor (sekarang Pantai Kartini) dahulu pernah menjadi kediaman seorang Melayu bernama Encik Lanang, pulau ini dipinjamkan oleh Pemerintah Hindia Belnda kepada Encik Lanang atas jasanya dalam membantu Hindia Belanda dalam perang di Bali.Pesta Lomban kala itu memang saat-saat yang menggembirakan bagi masyarakat warga nelayan di Jepara. Pesta ini dimulai pada pagi hari saat matahari mulai menampakkan cahayanya di bumi, penduduk peserta Lomban telah bangun dan menuju perahunya masing-masing.Mereka mempersiapkan amunisi guna dipergunakan dalam “Perang Teluk Jepara”, baik amunisi logistik berupa minuman dan makanan maupun amunisi perang berupa ketupat, lepet dan kolang kaling, guna meramaikan dibawa pula petasan sehingga suasananya ibarat perang. Keberangkatan armada perahu ini di iringi dengan gamelan Kebogiro.Bunyi petasan yang memekakkan telinga dan peluncuran “Peluru” kupat dan lepet dari satu perahu ke perahu yang lain. Saat “Perang Teluk” berlangsung dimeriahkan dengan gamelan Kebogiro. Seusai pertempuran para peserta Pesta Lomban bersama-sama mendarat ke Pulau Kelor untuk makan bekalnya masing-masing. Di samping makan bekalnya situasi di Pulau Kelor tersebut ramai oleh para pedagang yang juga menjual makanan dan minuman serta barang-barang kebutuhan lainnya. Selain pesta-pesta tersebut, para nelayan peserta Pesta Lomban tak lupa lebih dahulu berziarah ke makam Encik Lanang yang dimakamkan di Pulau Kelor tersebut. Sebelum sore hari Pesta Lomban berakhir penonton dan peserta pulang ke rumah masing-masing.
http://zainurrakhmah.blog.ugm.ac.id/files/2010/11/71.jpg
Prosesi
Pesta Lomban masa kini telah dilaksanakan oleh warga masyarakat nelayan Jepara bahkan dalam perkembangannya sudah menjadi milik warga masyarakat Jepara. Hal ini nampak partisipasinya yang besar masyarakat Jepara menyambut PestaLomban. Dua atau tiga hari sebelum Pesta Lomban berlangsung pasar-pasar di kota Jepara nampak ramai seperti ketika menjelang Hari Raya Idul Fitri. Ibu-ibu rumah tangga sibuk mempersiapkan pesta lomban sebagai hari raya kedua. Pedagang bungkusan kupat dengan janur (bahan pembuat kupat dan lepet) juga menjajakan ayam guna melengkapi lauk pauknya.
Malam hari sebelum acara pesta Lomban berlangsung, biasanya diadakan pagelaran wayang kulit semalam suntuk. Pada saat pesta Lomban berlansung semua pasar di Jepara tutup tidak ada pedagang yang berjualan semuanya berbondong-bondong ke Pantai KartiniPesta Lomban dimulai sejak pukul 06.00 WIB dimulai dengan upacara Pelepasan Sesaji dari TPI Jobokuto.
Upacara ini dipimpin oleh pemuka agama desa Jobokuto dan dihadiri oleh Bapak Bupati Jepara dan para pejabat Kabupaten lainnya. Sesaji itu berupa kepala kerbau, kaki, kulit dan jerohannya dibungkus dengan kain mori putih. Sesaji lainnya berisi sepasang kupat dan lepet, bubur merah putih, jajan pasar, arang-arang kambong (beras digoreng), nasi yang diatasnya ditutupi ikan, jajan pasar, ayam dekeman (ingkung), dan kembang boreh/setaman. Semua sesaji diletakkan dalam sebuah ancak yang telah disiapkan sebelumnya. Setelah dilepas dengan do’a sesaji ini di”larung” ke tengah lautan, pembawa sesaji dilakukan oleh sejumlah rombongan yang telah ditunjuk oleh pinisepuh nelayan setempat dan diikuti oleh keluarga nelayan, semua pemilik perahu, dan aparat setempat. Pelarungan sesaji ini dipimpin oleh Bupati Jepara.
Tradisi pelarungan kepala kerbau ini dimulai sejak Haji Sidik yang kala itu menjabat Kepala Desa Ujungbatu sekitar tahun 1920. Upacara pemberangkatan sesaji kepala kerbau yang dipimpin oleh Bapak Bupati Jepara, sebelum diangkut ke perahu sesaji diberi do’a oleh pemuka agama dan kemudian diangkat oleh para nelayan ke perahu pengangkut diiringi Bupati Jepara bersama dengan rombongan. Sementara sesaji dilarung ke tengah lautan, para peserta pesta lomban menuju ke “Teluk Jepara” untuk bersiap melakukan Perang Laut dengan amunisi beragam macam ketupat dan lepet tersebut.
Di tengah laut setelah sesaji dilepas, beberapa perahu nelayan berebut mendapatkan air dari sesaji itu yang kemudian disiramkan ke kapal mereka dengan keyakinan kapal tersebut akan mendapatkan banyak berkah dalam mencari ikan. Ketika berebut sesaji ini juga dimeriahkan dengan tradisi perang ketupat dimana antar perahu yang berebut saling melempar dengan menggunakan ketupat. Selanjutnya dengan disaksikan ribuan pengunjung Pesta Lomban acara “Perang Teluk” berlangsung ribuan kupat, lepet, kolang kaling, telur-telur busuk berhamburan mengenai sasaran dari perahu ke perahu yang lain. “Perang Teluk” usai setelah Bupati Jepara besertad rombongan merapat ke Pantai Kartini dan mendarat di dermaga guna beristirahat dan makan bekal yang telah dibawa dari rumah. Di sini para peserta pesta Lomban dihibur dengan tarian tradisional Gambyong dan Langen Beken dan lain sebagainya.
Maksud dari upacara pelarungan ini adalah sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada Allah SWT, yang melimpahkan rezeki dan keselamatan kepada warga masyarakat nelayan selama setahun dan berharap pula berkah dan hidayahNya untuk masa depan. Selain itu pelarungan ditujukan sebagai salah satu bentuk rasa hormat kepada Yang Maha Penguasa ‘sing mbaurekso’ sebagai ruh para leluhur yang mereka percaya dapat menjaga dan melindunginya dari segala ancaman marabahaya dan mala petaka.
Tradisi upacara yang masih bertahan dapat memberi gambaran bahwa masyarakat nelayan masih memegang teguh adat istiadat yang diwarisi secara turun-temurun. Kepercayaan terhadap leluhur, roh halus merupakan manifestasi keteguhan hati yang masih mengakar pada diri nelayan Jepara dalam hal nguri-uri kebudayaan leluhurnya.
Dampak Ekonomi dan Sosial
Lomban seakan mengandung magnet yang mampu menyedot banyak orang berdatangan dari berbagai penjuru tempat. Meski, sebenarnya tidak ada sesuatu yang sama sekali baru yang “terhidangkan” di tradisi lomban jika dibandingkan dengan hari-hari (libur) biasa. Perahu-perahu yang disewakan untuk pengunjung juga sama perahu yang biasa melayani pengunjung di hari-hari (libur) biasa. Paling-paling hanya sedikit dihiasi dengan bahan janur. Memang, biasanya saat kupatan ada pertunjukan-pertunjukan hiburan rakyat yang jumlahnya relatif banyak. Dan, situasi itu mengundang banyak pedagang untuk berjualan, baik jenis makanan maupun suvenir (khas derah). Sekarang, berbagai lomba telah mulai berkurang. Ritual tahunan kupatan, agaknya tak hanya untuk ajang rekresai tradisi keluarga, tapi juga sebagai media bersilaturahmi antarpengunjung yang masih memiliki ikatan sosial, apakah teman lama, kolega, tetangga kampung, ataupun yang lainnya; jika di saat Lebaran mereka belum berjumpa.
Di samping itu, dari sisi ekonomi, boleh jadi tradisi lomban menjadi lahan produktif. Yang, semoga tak hanya menguntungkan pengusaha perahu/kapal, tetapi juga para nelayan, yang sehari-harinya ketika melaut tak selalu “menjanjikan”. Warga pesisir yang memiliki usaha kerajinan tangan boleh merasakan berkat. Pedagang musiman, yang barangkali tak hanya berasal dari daerah setempat, tetapi daerah lain pun teranugerahi rezeki. Itu artinya, perputaran ekonomi yang masih dekat dengan masa Lebaran, yang memungkinkan uang dari pusat-pusat ekonomi tergelontorkan ke daerah boleh juga mereka cicipi demi menjaga keberlangsungan hidup keluarga.
Dari segi sosial, pesta lomban bisa menjadi sarana komunikasi antara masyarakat dengan pemerintah Jepara serta antarmasyarakat Jepara sendiri. Momentum pesta lomban menunjukkan  bahwa masyarakat Jepara memegang teguh tradisi yang telah ada untuk diwariskan kepada penerus-penerus bangsa.
Beberapa kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat maupun Pemerintah Daerah antara lain:

1. Pesta Lomban

Pesta Lomban adalah kegiatan rutin yang dilakukan Pemerintah Daerah dalam rangka memperingati Syawalan ini, sekaligus dalam rangka memajukan pariwisata Jepara. berbagai rangkaian kegiatan resmi dilakukan, mulai dari malam sebelumnya dengan menggelar Wayang Kulit. Keesokan harinya pada tanggal 8 Syawal dimulai dengan kegiatan "Ritual Larung Kepala Kerbau" di Laut Jawa, dilakukan di Pantai Kartini - Jepara. Dengan mempergunakan Kapal Ferry yang biasa digunakan sebagai transportasi Jepara - karimunjawa, seluruh rombongan Pejabat, Tamu Undangan, dan Media membawa "sesajen" kepala kerbau ke tengah laut, kemudian "dihanyutkan" (Jawa: dilarung) bersama-sama sesajen lain dan diperebutkan oleh masyarakat sekitar yang mengikuti kapal ferry tersebut menggunakan perahu.

Setelah ritual larung, kembali menuju Pantai Kartini dan selanjutnya adalah arak-arakan gunungan kupat dan lepet, untuk tahun ini hanya ada dua gunungan saja. Rangkaian acara dimulai dengan sambutan kemudian penampilan seni tari dan doa bersama, memaknai arti dari   lebaran itu sendiri. Puncak dari pesta lomban ini adalah dengan dibukanya tutup gunungan kupat - lepet dan diperebutkan oleh pengunjung dan warga Pantai Kartini.

Untuk di beberapa daerah kecamatan lainnya, masyarakat biasa menggelar berbagai macam hiburan rakyat. Karena tahun ini bertepatan dengan dekatnya Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, event ini juga tidak lepas dalam rangka memperingati 17an, seperti Panjat Pinang, Wayang Kulit, sampai dengan orkes dangdut.


2. Kupat - Lepet

Kupat dan Lepet adalah makanan khas yang disajikan pada saat Lebaran Syawal ini. Untuk daerah di Indonesia yang tidak memiliki budaya Syawalan ini, kupat bersama dengan opor ayam selalu disajikan pada saat 1 Syawal. Untuk daerah seperti Jepara, Demak, Solo, dan beberapa daerah di Jawa lainnya yang memiliki tradisi Lebaran Syawalan jangan harap menemukan Kupat pada tanggal 1 Syawal ini. Masyarakat baru ramai-ramai membuat dan pasar tradisional pun mulai menjajakan bungkus kupat ini menjelang 8 Syawal.

Pada lebaran kedua ini, kupat dan lepet beserta opor ayam akan dibagi-bagikan kepada tetangga dan saudara terdekat. Saling kirim dan saling menerima sehingga memberi makna saling memberi dan saling memaafkan.

  • Kupat adalah makanan terbuat dari beras yang diisikan pada wadah berbentuk jajaran genjang, terbuat dari anyaman janur/daun kelapa muda, kemudian ditanak beberapa waktu hingga matang. Sama seperti proses pembuatan lontong, bedanya hanya media pembungkus yang digunakan, kalau lontong adalah daun pisang.

Makna dari Kupat adalah:
  1. Dibungkus dengan janur, memberi arti "sejatine nur" (Jawa: Cahaya Sejati) berbentuk segi empat jajaran genjang menyerupai hati manusia. Maknanya adalah "Hati yang dipenuhi Cahaya Sejati".
  2. Kupat artinya "ngaku lepat, kula ingkang lepat" (Jawa: Mengaku salah, Saya yang memiliki kesalahan). Kupat disajikan bersama Opor, memberi makna "nyuwun sepuro" (Jawa: Minta maaf), jadi memberi makna bahwa mengakui memiliki kesalahan dan mendahului dengan memohon maaf.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8uzcAiwemNkrgZWGFY9XRsrnV0HH8nJ0EZpgzLTEaYKfvUbzp9XMY8tepMtq-aloM4js-SCGdwbViBnGsc4_CreTpe1tjsCOCfNQ6Z9GCiH34peLC4UkugaRgBY-K5iZ7Ig1o_lkXuoI/s200/CIMG0858.JPG
  • Lepet adalah makanan terbuat dari ketan dan kelapa, kadang-kadang ditambahkan dengan kacang tanah, dibungkus juga dengan janur tetapi cara membungkusnya berbeda degan kupat. Janur dilipat secara memanjang dimana adonan ketan diletakkan di tengah-tengahnya, kemudian diikat dengan tali bambu secara melingkar.

Makna dari Lepet adalah:
  1. Lepet memberi makna "mangga dipun silep ingkan rapet" (Jawa: mari disimpan/dikubur dengan rapat-rapat).
  2. Dibungus menyerupai mayat dan diikat laksana kafan (pembungkus mayat), memberi makna bahwa ketan itu lengket dan dierat dengan tali persaudaraan, agar kesalahan tidak menjadi dendam sampai mati.

Secara bebas dimaknai dari Kupat-Lepet ini adalah "Mengakui segala kesalahan dan memohon maaf, kemudian mengubur kesalahan tersebut dalam-dalam untuk tidak diulangi dengan hati yang bersih, agar persaudaraan semakin erat, tidak ada dendam hingga ajal menjelang".







Bodho kupat/kupatan/pesta lomban merupakan tradisi yang biasa dilakukan oleh masyarakat jawa pada hari ke 8 setelah hari raya idul fitri, yakni tradisi membuat ketupat dan berdoa bersama di musholla dan masjid. Tradisi ini biasa dilakukan di daerah-daerah sekitar pantura seperti Jepara, Demak, Kudus, Pati, dan lain-lain.
Ketupat merupakan makanan khas yang berasal dari beras yang dibungkus dengan daun janur yang dianyam berbentuk segiempat kemudian direbus. Lebih dari sekedar tradisi taunan, kupatan memiliki makna yang cukup mendalam. Kupatan dianggap sebagai simbolisasi keislaman manusia yang sudah sempurna.
Kupatan berasal dari kata “ngaku lepat” yang berarti mengakui kesalahan. Mengandung makna filosofis bahwa manusia diperintahkan untuk mengakui kesalahannya, saling bermaafan dengan ditandai tradisi silaturrahim ke rumah sanak keluarga dan tetangga saat hari raya idul fitri.Kupat berasal dari bahasa Arab “kuffat” yang berartisudah cukup harapan. Setelah berpuasa selama 1 bulan dan 6 hari setelah lebaran, maka orang-orang yang kuffat merasa cukup ibadahnya, sebagaimana hadits Nabi “hal demikian bagaikan puasa 1 tahun penuh”.
Janur sebagai bungkus ketupat berasal dari kata “ja a nur” yangberarti telah datang cahaya. Makna yang terkandung adalah bahwa umat muslim mengharapkan datangnya cahaya dari Allah SWT yang senantiasa membimbing mereka pada jalan kebenaran yang diridhai oleh Allah SWT. Isi ketupat berasal dari beras terbaik yang dimasak sampai menggumpal “kempel”, memiliki makna kebersamaan dan kemakmuran.
Bentuk ketupat yakni segiempat, menjdai simbol/perwujudan cara pandang “kiblat papat lima pancer” yang menegaskan adanya hamonisasi dan keseimbangan alam. Empat arah mata angin utama yaitu timur, selatan, barat dan utara yang bertumpu pada satu pusat. Maknanya adalah bahwa dalam kehidupan ini, ke arah manapun manusia melangkah hendaknya tidak pernah melupakan pancer yaitu Tuhan Yang Maha Esa.
Tradisi kupatan dibawa oleh walisongo khususnya sunan Kalijaga sebagai upaya untuk menyebarkan agama Islam kepada masyarakat yang mayoritas beragama Hindu. Para wali memasukkan dan mengganti adat hindu dengan nilai-nilai Islam tanpa merubah budaya lokal yang telah mengakar kuat. Disinilah terlihat betapa Islam masuk ke tanah Jawa dengan perdamaian. Proses asimilasi yang berlangsung justru membuat masyarakat lebih mudah menerima Islam dengan terbuka tanpa mengurangi kesakralan nilai-nilai aqidah Islamiyah.
Tradisi  kupatan dimulai sekitar pukul 06.00 WIB, dimana warga berduyun-duyun pegi ke masjid dan musholla terdekat dengan membawa hidangan kupat dan lepet, berdoa bersama dan diakhiri dengan makan bersama ketupat yang dibawa. Kupatan menjadi salah satu cara untuk mengungkapkan rasa syukur atas nikmat Allah SWT yang melimpahkan rahmat kepada umat muslim sehingga bisa melaksanakan ibadah puasa dan merayakan hari raya idul fitri. Melihat rangkaian acara dan makna filosofis yang terkandung, maka tradisi kupatan termasuk pada adat hasanah yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam.
Di Jepara kupatan/pesta lomban dipusatkan di Pantai Kartini, dipimpin oleh tokoh agama dan Bupati Jepara. Acara dimulai dengan berdoa dan dilanjutkan dengan adat larung sesaji berupa aneka macam hasil bumi dan kepala kerbau  yang dilarung/ditenggelamkan ke tengah lautan. Para nelayan kemudian berebut sesaji dan menyiram perahu mereka dengan air disekitar sesaji tenggelam. Hal ini dimaksudkan untuk “ngalap berkah” agar diberi keselamatan hasil tangkapan ikan mereka semakin melimpah. Hemat penulis, adat seperti tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam. Ngalap berkah terhadap benda atau makhluk Allah merupakan salah satu perbuatan syirik karena pada hakikatnya hanya Allah semata yang Maha Memberi Berkah. Wallahu ‘alam Bisshowab…..
Melihat nilai-nilai filosofis yang terkandung dalam tradisi kupatan, hendaknya kita semua dapat mengambil nilai positif dan menghindarkan diri dari hal-hal yang membawa kita kepada “kemusyrikan”. Penulis lebih berharap bahwa tradisi kupatan dilaksanakan di masjid dan musholla sebagai ungkapan rasa syukur yang berisi rangkaian doa bersama dan makan bersama, selain untuk mengharap ridha Allah juga dapat mempererat ukhuwah islamiyah umat islam. Semoga kita semua terhindar dari hal-hal yang dapat merusak aqidah kita, amiinnnn…..
Jepara, 14 Agustus 2013 pukul 22.05 WIB
*artikel ini hadir untuk mengisi waktu sebelum tidur, terinspirasi oleh kupat dan lepet dan diadaptasi dari beberapa sumber bacaan. Mohon maaf atas kesalahan dan kekurangan yang terjadi dalam penulisan artikel ini.
Kuliner Khas Jepara
Masakan
Kabupaten Jepara mempunyai bermacam-macam masakan khas Jepara, diantaranya:
Bahan utamanya ikan (diusahakan ikan segar) ditambah bumbu-bumbu : bawang merah, bawang putih, kemiri, kunyit, sereh, jahe, terasi (sedikit), gula merah, garam, merica / lada, daun salam, dan lengkuas. Semua bumbu diracik dan direbus, setelah air mendidih ikan dimasukkan sampai masak. Diusahakan jangan terlalu lama supaya lebih fresh dan protein ikan tidak banyak yang hilang.
Soto Ayam Jepara rasanya berbeda dengan Soto Ayam Kudus, Semarang, di karenakan adanya Kucai di dalam Soto Jepara.
Soto Bumbu adalah soto dari Jepara rasanya sangat berbeda dengan Soto yang lain, karena menggunakan daging sapi, usus sapi, dan babat.
Sop udang sama dengan sop pada umumnya, hanya saja ada memakai kaldu udang ditambah udang goreng dan cabe mentah yang ditumbuk (digeprek). Sop ini akan lebih nikmat dimakan selagi masih panas / hangat.
pada zamannya R.A. Kartini mereka sudah menerapkan konsep yang di zaman seni kuliner modern ini disebut dengan fusion , adalah paduan kuliner lokal dan asing, yaitu perpaduan Kuliner Belanda, Cina, dan Jawa. Salah satu contoh yang tersaji di sini adalah “pangsit” yang tidak tampak seperti pangsit yang kita kenal, tetapi justru berupa sup bening dengan dadar gulung udang yang cantik. Sup ini hampir serupa dengan pangsit pengantin yang berbahan utama pangsit goreng. Sup Pangsit Jepara adalah masakan kesukaan R.A. Kartini.
Opor Panggang hampir mirip dengan Opor Bakar Sunggingan tetapi rasanya lebih nikmat Opor Panggang.
Bongko mento adalah salah satu sajian asal keraton jepara. Sajian yang dibungus dengan daun pisang ini berisi dadar yang telah diisi dengan tumisan suwiran dada ayam yang dicampur dengan jamur kuping, soun dan santan. Kudapan ini bisa menjadi pilihan snack gurih untuk arisan atau pesta kecil di rumah Anda.
terbuat dari daging sapi sekel, santan kelapa, kecap manis, garam, cabai merah, bawang putih, bawang merah, gula merah, kemudian Campur daging, bumbu halus, santan, kecap, dan garam, lalu Masak di atas api dengan panas sedang sampai matang dan kuah mengental.
terbuat dari daging sekel, garam, merica bubuk, pala bubuk, kecap manis, minyak untuk menumis, dll.
Sayur asem asal Jepara ini memang mirip dengan sayur asem asal Jakarta, tidak seperti sayur asem asal jawa Tengah yang cenderung bening.
terbuat dari daging tanpa lemak, lengkuas, daun salam, bawang merah, bawang putih, cabai merah, asam jawa, gula pasir, dll
terbuat dari Daging kambing yang lembut dan campuran rempah-rempah membuat gule petih jepara ini cocok untuk peneman makan nasi di hari raya lebaran maupun idul adha.
terbuat dari Ayam fillet, udang jerbung, kaldu ayam, santan, serai, daun jeruk, garam, gula pasir, minyak untuk menumis, dll.
Sayur Keluak Ayam Adalah makan khas Jepara.
Kagape kambing mudah di jumpai ketika hari raya Idul Adha.
Bakso biasanya menggunakan daging Kambing, Kerbau, ataupun Sapi. Di Jepara Bakso menggunakan daging ikan ekor kuning.
Bahan-bahanya adalah tepung, daging ikan tongkol, air, dll
Tongseng biasanya yang menggunakan daging Kambing, Kerbau, ataupun Sapi. Kalau di Jepara bukan dari bahan tersebut melainkan dari daging Cumi-cumi maka dinamakan Tongseng Cumi atau Tongseng Cumi-Cumi.
Rempah terbuat dari kelapa parut dan ikan dll
Horok-horok adalah tepung sagu yang dikukus. Setelah masak dituang dalam tempayan dan diaduk dengan sisir. Sehingga walaupun kenyal dan liat,namun bentuknya menjadi butiran-butiran kecil menyerupai sterofoam. Untuk menambah rasa, bisa ditambahkan sedikit garam dan dimakan sebagai campuran bakso, gado-gado, pecel, atau sate kikil.
Hoyok-hoyok atau disebut juga Oyol-Oyol terbuat dari tepung tapioka di campur dengan air dan ketela, setelah jadi di hidangkan dengan tambahan parutan ketela. Hoyok-hoyok adalah versi manis dari Horok-Horok.
Sate kikil atau disebut sate cecek adalah yang biasanya di santap untuk lauk makan horok-horok.
Adalah ikan laut yang dipanggang (dibakar) dan disajikan bersama sambal santan.
Ikan teri mentah yang dikeringkan, bentuknya seperti bakwan.
Salad
Kabupaten Jepara mempunyai bermacam-macam salad khas Jepara, diantaranya:
Sajian yang terdiri dari berbagai macam sayuran dan disajikan dengan bumbu kelapa ini biasanya kita sebut dengan Urap. Tapi di Jepara hidangan ini disebut kuluban yang sedikit membedakan Kuluban dengan Urap adalah Kuluban terdapat nangka muda rebus dan taoge yang disajikan mentah.
Brayo adalah buah dari mangrove jenis si api-api. cara penyajian adalah Brayo di rendam dalam air kapur selama seharian, lalu di masak selama seharian, setelah matang di sajikan dengan parutan Kelapa.
Sejenis rumput laut, enak dimakan dalam keadaan segar, dan konon bisa menyembuhkan radang tenggorok, amandel.
  • Kerayanan
Minuman
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/5/5b/Adon-adon_coro_khas_Jepara.JPG/200px-Adon-adon_coro_khas_Jepara.JPG
http://bits.wikimedia.org/static-1.22wmf15/skins/common/images/magnify-clip.png
Adon-Adon Coro ada di Shopping Centre Jepara (S.C.J)
Kabupaten Jepara mempunyai bermacam-macam minuman khas Jepara, diantaranya:
Sutet adalah Susu Telor Tegangan Tinggi.
Kopi dapur kuat mudah ditemukan di warung kopi daerah kecamatan Keling. Kopi dapur Kuwat adalah gabungan Kopi dari daerah kopi unggul yaitu damarwulan, Tempur, Kunir, Watuaji. Sehingga kopi yang di hasilkan dari racikan tersebut begitu nikmat dan istimewa.
Kopi Tempur adalah kopi yang sudah tersohor di Jepara bahkan sudah di ekspor ke luar negeri. Kopi Tempur kini sudah masuk salah satu hotel di Jepara yaitu BayFront Villa di Pantai Teluk Awur. Kopi Tempur berasal dari desa Tempur kecamatan Keling.
Adon-adon coro merupakan minuman tradisional dengan bahan : jahe, gula merah, santan, potongan kelapa muda (dibakar), dan jamu (rempah-rempah). Cara pembuatannya adalah : jahe, gula merah, santan, & potongan kelapa direbus dengan air secukupnua sampai mendidih. Sedangkan rempah-rempah sebagai jamu penolak masuk angin diracik (dicampur) tersendiri. Cara penyajiannya : satu sendok jamu ditaruh di dalam mangkok, lalu disiram dengan wedang jahe dan diminum selagi masih panas / hangat. Pada sore dan malam hari penjaja minuman Adon-adon coro banyak kita jumpai di pelataran sekitar Shopping Centre Jepara (SCJ) di sebelah utara Alun-alun Jepara. Harganya cukup murah dan dijamin dapat menghangatkan badan.
Bahan-bahannya terdiri dari gempol/pleret, santan, dan gula cair. Gempol/pleret berasal dari tepung beras yang dibuat adonan, dibentuk dan diberi warna lalu dikukus. Gempol berbentuk bulat sebesar kelereng sedangkan pleret berbentuk seperti kantong kecil. Cara penyajiannya sangat sederhana, gempol/pleret dimasukkan gelas/mangkok lalu disiram santan dan gula. Gempol dan pleret dapat disajikan sendiri-sendiri atau secara bersamaan. Bagi yang suka minuman segar, dapat ditambah es secukupnya.
Bahan minuman ini adalah cendol dari tepung sagu/aren, gula merah, dan santan. Semua bahan dicampur jadi satu dalam gelas/mangkok, bila diperlukan ditambah aroma/rasa buah tertentu, paling nikmat bila dicampur buah durian dan bila diperlukan ditambah es secukupnya.
Jajan Pasar
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/d/de/Hoyok-Hoyok_Makanan_Khas_Jepara.jpeg/200px-Hoyok-Hoyok_Makanan_Khas_Jepara.jpeg
http://bits.wikimedia.org/static-1.22wmf15/skins/common/images/magnify-clip.png
Hoyok-Hoyok di Pasar Karangrandu
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/8/8c/Carang_Madu_Khas_Jepara.jpg/200px-Carang_Madu_Khas_Jepara.jpg
http://bits.wikimedia.org/static-1.22wmf15/skins/common/images/magnify-clip.png
Carang Madu di Pasar Welahan
Kabupaten Jepara mempunyai bermacam-macam jajanan pasar khas Jepara, diantaranya:
adalah makanan khas dari desa Pendosawalan yang bahanya dari ketan yang di campur dengan kacang tolo, kemudian di rebus sampai matang, siap disajikan.
Adalah jajanan pasar khas Jepara yang berbahan dasar Jagung, mudah di temui di Pasar Anggur, Pasar kalinyamatan, dll.
Bahan-bahanya berasal dari ketela pohon yang direbus sampai matang hingga lembek lalu di bentuk dan di beri taburan kelapa parut dan gula merah.
Bahan-bahanya Tepung Kanji, Tepung Beras, garam, gula pasir, daun suji, pewarna makanan.
Rondho royal adalah tape dibungkus adonan tepung terigu ditambah gula & garam secukupnya (bila diperlukan) digoreng.
Meskipun namanya sama-sama putu, tapi putu ala Jepara ini bukan terbuat dari tepung beras. Tapi terbuat dari sagu mutiara dan kelapa parut.
merupakan gethuk dengan rasaya yang khas Jepara.
Madu mongso sangat mudah ditemukan di Jepara teutama saat Hari raya Idul Fitri.
Poci terbuat dari adonan tepung ketan dan santan kemudian dibentuk kerucut dan dibungkus daun pisang. Didalamnya diisi campuran parutan kelapa & gula merah lalu dikukus.
Sejenis kue lapis terdiri dari + 5 lapisan. Bahan pembuatnya : tepung beras, tepung tapioka, tepung maizena, gula merah, santan, garam, dan daun pandan (sebagai aroma). Tepung beras, tapioka, dan gula merah dubuat adonan dan direbus lalu dicurahkan sehingga membentuk 4 lapisan. Kemudian tepung maizena & santan direbus dan dicurah pada lapisan paling atas. Sedangkan garam & daun pandan merupakan pelengkap dalam setiap adonan.
Sejenis kue lapis terdiri dari + 5 lapisan. Bahan pembuatnya : tepung beras, tepung tapioka, gula merah, gula pasir, santan, garam, pala, dan daun pandan (sebagai aroma). Tepung beras, tapioka, gula pasir, dan santan dubuat adonan dan direbus lalu dicurahkan sehingga membentuk 3 lapisan. Kemudian tepung beras, tapioka, gula merah & santan direbus dan dicurah pada 2 lapisan atas. Pada permukaan paling atas ditaburi pala yang ditumbuk (dihaliskan). Sedangkan garam & daun pandan merupakan pelengkap dalam setiap adonan.
Bahan pembuatnya terdiri : Tepung ketan, tepung tapioka, santan, gula pasir, air jahe, dan pewarna. Semua bahan (kecuali warna) dibuat menjadi satu adonan lalu dikukus. Di bagian atas kue diberikan warna sesuai selera supaya lebih menarik.
Klenyem terbuat dari singkong (ketela pohon) yang diparut dan diperas (untuk mengurangi patinya) kemudian dibentuk gepeng dan oval di dalamnya diisi gula merah lalu digoreng.
Untuk membuat kenyol, singkong/ketela pohon diparut dan diperas, kemudian diisi gula merah dan dibungkus daun pisang lalu dikukus.
Nogosari terbuat dari tepung beras yang dibuat adonan, diisi pisang masak, dibungkus daun pisang, lalu dikukus.
Cara membuat moto belong adalah singkong diparut dan diperas lalu diisi pisang masak dan dibentuk seperti kapsul (bila perlu diberi warna). Setelah itu dibungkus daun pisang dan dikukus. Penyajiannya dengan cara dipotong/diiris tipis-tipis (sehingga berbentuk menyerupai bola mata) dan dicampur dengan parutan kelapan yang ditambah sedikit gula & garam.
Oleh-Oleh
Masakan
Kabupaten Jepara mempunyai bermacam-macam masakan khas Jepara, diantaranya:
 http://us.images.detik.com/content/2010/05/12/362/rpindangpatinctt.jpg
Bahan utamanya ikan (diusahakan ikan segar) ditambah bumbu-bumbu : bawang merah, bawang putih, kemiri, kunyit, sereh, jahe, terasi (sedikit), gula merah, garam, merica / lada, daun salam, dan lengkuas. Semua bumbu diracik dan direbus, setelah air mendidih ikan dimasukkan sampai masak. Diusahakan jangan terlalu lama supaya lebih fresh dan protein ikan tidak banyak yang hilang.
 http://external.ak.fbcdn.net/safe_image.php?d=AQBqL22k7ijMfb9s&w=321&h=400&url=http%3A%2F%2Fupload.wikimedia.org%2Fwikipedia%2Fid%2F1%2F15%2FSoto_Jepara.jpeg
Soto Ayam Jepara rasanya berbeda dengan Soto Ayam Kudus, Semarang, di karenakan adanya
Kucai di dalam Soto Jepara.
Soto Bumbu adalah soto dari Jepara rasanya sangat berbeda dengan Soto yang lain, karena menggunakan daging sapi, usus sapi, dan babat.
Sop udang sama dengan sop pada umumnya, hanya saja ada memakai kaldu udang ditambah udang goreng dan cabe mentah yang ditumbuk (digeprek). Sop ini akan lebih nikmat dimakan selagi masih panas / hangat.
pada zamannya R.A. Kartini mereka sudah menerapkan konsep yang di zaman seni kuliner modern ini disebut dengan fusion , adalah paduan kuliner lokal dan asing, yaitu perpaduan Kuliner Belanda, Cina, dan Jawa. Salah satu contoh yang tersaji di sini adalah “pangsit” yang tidak tampak seperti pangsit yang kita kenal, tetapi justru berupa sup bening dengan dadar gulung udang yang cantik. Sup ini hampir serupa dengan pangsit pengantin yang berbahan utama pangsit goreng. Sup Pangsit Jepara adalah masakan kesukaan R.A. Kartini.
 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQjbB3sfvoDc-t1TNNbBzg_OR65x7NUVrOhI8AjrY7MTdSB6B52omDTUhFwV8H4dEcO_e3gqTAdq2KV1PPBLOLeR6KsB8nM6gEOlPIJHeORvohEfvNf0uixVJFe0n3mX3oudYNPpu6Nskl/s200/opor2.jpg
Opor Panggang hampir mirip dengan
Opor Bakar Sunggingan tetapi rasanya lebih nikmat Opor Panggang.

Bongko mento adalah salah satu sajian asal keraton jepara. Sajian yang dibungus dengan daun pisang ini berisi dadar yang telah diisi dengan tumisan suwiran dada ayam yang dicampur dengan jamur kuping, soun dan santan. Kudapan ini bisa menjadi pilihan snack gurih untuk arisan atau pesta kecil di rumah Anda.
terbuat dari daging sapi sekel, santan kelapa, kecap manis, garam, cabai merah, bawang putih, bawang merah, gula merah, kemudian Campur daging, bumbu halus, santan, kecap, dan garam, lalu Masak di atas api dengan panas sedang sampai matang dan kuah mengental.
 http://www.warisankuliner.com/gfx/recipes/129/semur-wonogiri.jpg
terbuat dari daging sekel, garam, merica bubuk, pala bubuk, kecap manis, minyak untuk menumis, dll.
Sayur asem asal Jepara ini memang mirip dengan sayur asem asal Jakarta, tidak seperti sayur asem asal jawa Tengah yang cenderung bening.
terbuat dari daging tanpa lemak, lengkuas, daun salam, bawang merah, bawang putih, cabai merah, asam jawa, gula pasir, dll
terbuat dari Daging kambing yang lembut dan campuran rempah-rempah membuat gule petih jepara ini cocok untuk peneman makan nasi di hari raya lebaran maupun idul adha.
 
terbuat dari Ayam fillet, udang jerbung, kaldu ayam, santan, serai, daun jeruk, garam, gula pasir, minyak untuk menumis, dll.
Sayur Keluak Ayam Adalah makan khas Jepara.
Kagape kambing mudah di jumpai ketika hari raya Idul Adha.
Bakso biasanya menggunakan daging Kambing, Kerbau, ataupun Sapi. Di Jepara Bakso menggunakan daging ikan ekor kuning.
Bahan-bahanya adalah tepung, daging ikan tongkol, air, dll
Tongseng biasanya yang menggunakan daging Kambing, Kerbau, ataupun Sapi. Kalau di Jepara bukan dari bahan tersebut melainkan dari daging Cumi-cumi maka dinamakan Tongseng Cumi atau Tongseng Cumi-Cumi.
Rempah terbuat dari kelapa parut dan ikan dll
Horok-horok adalah tepung sagu yang dikukus. Setelah masak dituang dalam tempayan dan diaduk dengan sisir. Sehingga walaupun kenyal dan liat,namun bentuknya menjadi butiran-butiran kecil menyerupai sterofoam. Untuk menambah rasa, bisa ditambahkan sedikit garam dan dimakan sebagai campuran bakso, gado-gado, pecel, atau sate kikil.
Sate kikil atau disebut sate cecek adalah yang biasanya di santap untuk lauk makan horok-horok.
Adalah ikan laut yang dipanggang (dibakar) dan disajikan bersama sambal santan.
Ikan teri mentah yang dikeringkan, bentuknya seperti bakwan.
Salad
Kabupaten Jepara mempunyai bermacam-macam salad khas Jepara, diantaranya:
Sajian yang terdiri dari berbagai macam sayuran dan disajikan dengan bumbu kelapa ini biasanya kita sebut dengan Urap. Tapi di Jepara hidangan ini disebut kuluban yang sedikit membedakan Kuluban dengan Urap adalah Kuluban terdapat nangka muda rebus dan taoge yang disajikan mentah.
Brayo adalah buah dari mangrove jenis si api-api. cara penyajian adalah Brayo di rendam dalam air kapur selama seharian, lalu di masak selama seharian, setelah matang di sajikan dengan parutan Kelapa.
Sejenis rumput laut, enak dimakan dalam keadaan segar, dan konon bisa menyembuhkan radang tenggorok, amandel.
  • Kerayanan
Minuman
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/5/5b/Adon-adon_coro_khas_Jepara.JPG/200px-Adon-adon_coro_khas_Jepara.JPG
Description: http://bits.wikimedia.org/static-1.22wmf1/skins/common/images/magnify-clip.png
Adon-Adon Coro ada di Shopping Centre Jepara (S.C.J)
Kabupaten Jepara mempunyai bermacam-macam minuman khas Jepara, diantaranya:
Sutet adalah Susu Telor Tegangan Tinggi.
Kopi dapur kuat mudah ditemukan di warung kopi daerah kecamatan Keling. Kopi dapur Kuwat adalah gabungan Kopi dari daerah kopi unggul yaitu damarwulan, Tempur, Kunir, Watuaji. Sehingga kopi yang di hasilkan dari racikan tersebut begitu nikmat dan istimewa.
Kopi Tempur adalah kopi yang sudah tersohor di Jepara bahkan sudah di ekspor ke luar negeri. Kopi Tempur kini sudah masuk salah satu hotel di Jepara yaitu BayFront Villa di Pantai Teluk Awur. Kopi Tempur berasal dari desa Tempur kecamatan Keling.
Adon-adon coro merupakan minuman tradisional dengan bahan : jahe, gula merah, santan, potongan kelapa muda (dibakar), dan jamu (rempah-rempah). Cara pembuatannya adalah : jahe, gula merah, santan, & potongan kelapa direbus dengan air secukupnua sampai mendidih. Sedangkan rempah-rempah sebagai jamu penolak masuk angin diracik (dicampur) tersendiri. Cara penyajiannya : satu sendok jamu ditaruh di dalam mangkok, lalu disiram dengan wedang jahe dan diminum selagi masih panas / hangat. Pada sore dan malam hari penjaja minuman Adon-adon coro banyak kita jumpai di pelataran sekitar Shopping Centre Jepara (SCJ) di sebelah utara Alun-alun Jepara. Harganya cukup murah dan dijamin dapat menghangatkan badan.
 http://visitjepara.blogdetik.com/files/2012/01/es-gempol.jpg
Bahan-bahannya terdiri dari gempol/pleret, santan, dan gula cair. Gempol/pleret berasal dari tepung beras yang dibuat adonan, dibentuk dan diberi warna lalu dikukus. Gempol berbentuk bulat sebesar kelereng sedangkan pleret berbentuk seperti kantong kecil. Cara penyajiannya sangat sederhana, gempol/pleret dimasukkan gelas/mangkok lalu disiram santan dan gula. Gempol dan pleret dapat disajikan sendiri-sendiri atau secara bersamaan. Bagi yang suka minuman segar, dapat ditambah es secukupnya.
Bahan minuman ini adalah cendol dari tepung sagu/aren, gula merah, dan santan. Semua bahan dicampur jadi satu dalam gelas/mangkok, bila diperlukan ditambah aroma/rasa buah tertentu, paling nikmat bila dicampur buah durian dan bila diperlukan ditambah es secukupnya.
Rendam rumput laut dalam air selama 30- 60 menit, Rebus rumput laut dengan 6 gelas air pastikan rumput laut hancur dan mengental, Matikan api dinginkan selama 10 menit,Siapkan es dalam panci kemudian tuangkan larutan rumput laut melalui corong tepat diatas es batu, Siap dinikmati. Cara menghidangkan,Siapkan sirup gula jawa dalam gelas secukupnya tambahkan santan dan dawet rumput yang sudah beku dan es batu.

0 komentar:

Posting Komentar

Menurutmu Bagaimana Blog Ini?

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.